RENUNGAN KELAHIRAN USIA-TUA, SAKIT DAN KEMATIAN
FAKTA & REALITA
(Untuk kalangan sendiri)
RENUNGAN KELAHIRAN USIA-TUA
SAKIT DAN KEMATIAN
Sahabatku yang baik, pengembaraan di alam kehidupan ini adalah akibat kesadaran rendah yang digerakkan oleh kebencian dan nafsu keinginan besar, kemudian masuk ke dalam kandungan sang Ibu.
Dalam kandungan ia merasa seperti ikan yang terjerat di antara batu-batu karang, terbaring dalam darah dan cairan kuning, dengan kotoran sebagai bantal, tertekan dalam kotoran ia menderita kesakitan, tubuh yang buruk dari karma yang burukpun lahir.
Walaupun ingin kembali ke masa lalu, tak sepatah katapun dapat diucapkan. Sekarang terpanggang dalam panas, beku oleh dingin, dalam waktu sembilan bulan ia muncul, dari kandungan ibu yang penuh rasa sakit, sangat mengerikan
Seolah-olah ditarik keluar dari jepitan, keluar dari kandungan kepalanya ditekan sakitnya bagaikan dilempar ke dalam semak berduri, tubuh yang mungil dalam pangkuan sang Ibu, bagaikan burung seriti begulat dengan Rajawali
Apabila dari tubuh bayi yang lembut itu, darah dan kotoran dibersihkan, rasa sakitnya bagaikan kulit dikupas hidup-hidup, bila tali pusat dipotong rasanya seolah-olah tulang punggung luka berat, bila diletakkan dalam ayunan, serasa diikat dengan rantai, terpenjara dalam kamar gelap
Yang tidak sadar akan kebenaran, selamanya tidak akan terhindar dari ancaman kelahiran, karenanya jangan menuda-nunda pengabdian, bila seseorang meninggal, kebutuhannya yang tertinggi adalah Dharma.
Dengarkanlah sahabatku, mengenai penderitaan manusia, menyedihkan sekali tubuh seseorang yang telah menjadi lemah dan lapuk, siapa yang dapat menolong dari ancaman usia tua, selain hanya merasa cemas?
Jika usia tua telah menjelang, tubuh yang gagah menjadi bongkok, jika mencoba berjalan tegak gagallah keingingannya, rambut yang hitam kini berubah menjadi putih, matanya yang terang menjadi rabun, kepalanya goyang karena pening, telinganya yang peka menjadi tuli, pipi yang semu merah menjadi pucat.
Darahnya pun mengering, hidung cagak rautnya tenggelam, giginya menonjol keluar, tak dapat mengendalikan lidah, dia menganggap semakin dekat saat kematian, rasa susah dan hutangnya bertambah, dia kumpulkan makanan dan sahabatnya,
Namun dia gagal mempertahankan semuanya, ketika mencoba untuk tidak menderita, penderitaannya semakin bertambah. Apabila ia menceritakan kebenaran pada seseorang, jarang yang mempercayainya, anak dan kemenakan yang dibesarkan dan yang dicintainya, sering menjadi musuh.
Jika ia berikan harta simpanannya, dibalas tanpa terima kasih
Sahabatku, jika anda tidak sadar akan kebenaran abadi, anda akan menderita karena usia tua, tetapi yang mengabdikan diri pada Dharma di usia tua, seharusnya ia mengetahui, bahwa ia lahir karena Karma, sebab itu sangat baik menjalankan Dharma selagi masih bisa bernafas.
Sahabatku yang baik, dengarlah tentang kesenangan karena penyakit tubuh ini adalah wadah penyakit, sehingga orang merasakan penderitaan yang amat sangat, penyakit pikiran, empedu dan hati, terus menerus akan menyerang tubuh manusia yang lemah ini, membuat darah dan nanah menjadi panas, otot-otot dicengkram rasa sakit
Di tempat tidur yang nyaman orang sakit tidak merasakan kenyamanannya, gelisah meratap dan menggerutu, melalui karma yang tak pandang bulu, walaupun makanan yang nikmat disajikan padanya, selalu dimuntahkan bila ditelan.
Jika dibaringkan di tempat yang empuk dan sejuk, masih merasa panas dan seperti terbakar, jika diselimuti kain hangat, tetap merasa dingin seperti tergenang dalam salju basah.
Walau sanak saudara berkumpul disekitarnya, tak ada yang mampu mengurangi rasa sakitnya,meskipun banyak pahlawan perang dan dokter, mereka tak mampu menghentikan masaknya karma buruk.
Yang tidak menyadari kebenaran Agung ini, akan menjalani semua penderitaan itu. Karena kita tidak tahu kapan datangnya penyakit, alangkah bijaksana jika menjalankan Darma penakluk tepat segala penyakit.
Dengarkanlah sahabatku, yang mengecewakan seperti rasa sakit membayar hutang yang bertumpuk-tumpuk, orang harus mengalami penderitaan kematian.
Pengawal (dewa Yama) yang menangkap dan menyeretnya, apabila saat kematian tiba.
Orang kaya tidak bisa membelinya dengan uang, sang pahlawan tidak dapat mengalahkannya dengan pedang, wanita cantik sekalipun tidak dapat merayunya.
Cedikiawanpun tak dapat menundanya, disini, yang tak jujur tidak dapat berbuat apa-apa, yang pemberani juga tidak dapat menunjukkan keperkasaannya.
Jika semua sumber kekuatan bertemu dengan tubuh, seseorang seperti teerjepit diantara dua gunung, wiharawan sudah tidak berguna lagi, dokter menyerah dengan keluh kesah, tak seorangpun dapat berhubungan dengan si mati.
Pengawal dan Dewa pelindung menghilang tak tentu rimbanya, meskipun Nafsu belum berhenti, tapi semua orang telah mencium, bau mayat bagaikan segumpal bara terbungkus abu dingin, begitulah orang menuju Kematiannya.
Mendekati saat kematian, ada yang menghitung hari dan bintang, yang lain menangis dan berteriak, yang lain memikirkan harta kekayaan yang ditinggalkan.
Harta benda yang diperoleh dengan susah payah akan dinikmati orang lain.
Betapapun besar cinta dan simpati orang lain, dia akan berpisah dan melakukan perjalanan sendiri, sahabat baiknya, suami atau istrinya hanya bisa meninggalkannya disana, dalam bungkusan, tubuhnya yang tercinta akan dibawa pergi, dilempar ke air sungai atau dibakar, atau secara mudah ditinggalkan saja di tempat yang terpencil.
Sahabatku apa yang dapat dipegang teguh untuk akhir nanti?
Haruskah kia duduk dan bermasa bodoh, atau bermalas-malasan?
Jika nafasmu berhenti esok hari, tidak ada kekayaan dunia yang dapat menolong.
Mengapa lalu seseorang harus kikir?
Sanak saudara mengelilingi ranjang, tidak ada yang dapat menolong sekejappun. Tahu bahwa semua itu harus ditinggalkan, orang akan mengerti betul bahwa semua cinta dan keterikatan adalah sia-sia, jika saat terakhir menjelang hanya Dharma yang dapat menolongnya
Kamu haruus dapat berusaha sahabatku, untuk persiapan pada saat kematian tiba jka tiba waktunya, tidak akan ada rasa takut dan menyesal bagi orang yang telah hidup sesuai dengan Dharma.
Terjemahan dari:
The Hundred Thousand Song of Milarepa’
Tim Penerjemah: PVVD. Bandung.
(Untuk kalangan sendiri)
RENUNGAN KELAHIRAN USIA-TUA
SAKIT DAN KEMATIAN
Sahabatku yang baik, pengembaraan di alam kehidupan ini adalah akibat kesadaran rendah yang digerakkan oleh kebencian dan nafsu keinginan besar, kemudian masuk ke dalam kandungan sang Ibu.
Dalam kandungan ia merasa seperti ikan yang terjerat di antara batu-batu karang, terbaring dalam darah dan cairan kuning, dengan kotoran sebagai bantal, tertekan dalam kotoran ia menderita kesakitan, tubuh yang buruk dari karma yang burukpun lahir.
Walaupun ingin kembali ke masa lalu, tak sepatah katapun dapat diucapkan. Sekarang terpanggang dalam panas, beku oleh dingin, dalam waktu sembilan bulan ia muncul, dari kandungan ibu yang penuh rasa sakit, sangat mengerikan
Seolah-olah ditarik keluar dari jepitan, keluar dari kandungan kepalanya ditekan sakitnya bagaikan dilempar ke dalam semak berduri, tubuh yang mungil dalam pangkuan sang Ibu, bagaikan burung seriti begulat dengan Rajawali
Apabila dari tubuh bayi yang lembut itu, darah dan kotoran dibersihkan, rasa sakitnya bagaikan kulit dikupas hidup-hidup, bila tali pusat dipotong rasanya seolah-olah tulang punggung luka berat, bila diletakkan dalam ayunan, serasa diikat dengan rantai, terpenjara dalam kamar gelap
Yang tidak sadar akan kebenaran, selamanya tidak akan terhindar dari ancaman kelahiran, karenanya jangan menuda-nunda pengabdian, bila seseorang meninggal, kebutuhannya yang tertinggi adalah Dharma.
Dengarkanlah sahabatku, mengenai penderitaan manusia, menyedihkan sekali tubuh seseorang yang telah menjadi lemah dan lapuk, siapa yang dapat menolong dari ancaman usia tua, selain hanya merasa cemas?
Jika usia tua telah menjelang, tubuh yang gagah menjadi bongkok, jika mencoba berjalan tegak gagallah keingingannya, rambut yang hitam kini berubah menjadi putih, matanya yang terang menjadi rabun, kepalanya goyang karena pening, telinganya yang peka menjadi tuli, pipi yang semu merah menjadi pucat.
Darahnya pun mengering, hidung cagak rautnya tenggelam, giginya menonjol keluar, tak dapat mengendalikan lidah, dia menganggap semakin dekat saat kematian, rasa susah dan hutangnya bertambah, dia kumpulkan makanan dan sahabatnya,
Namun dia gagal mempertahankan semuanya, ketika mencoba untuk tidak menderita, penderitaannya semakin bertambah. Apabila ia menceritakan kebenaran pada seseorang, jarang yang mempercayainya, anak dan kemenakan yang dibesarkan dan yang dicintainya, sering menjadi musuh.
Jika ia berikan harta simpanannya, dibalas tanpa terima kasih
Sahabatku, jika anda tidak sadar akan kebenaran abadi, anda akan menderita karena usia tua, tetapi yang mengabdikan diri pada Dharma di usia tua, seharusnya ia mengetahui, bahwa ia lahir karena Karma, sebab itu sangat baik menjalankan Dharma selagi masih bisa bernafas.
Sahabatku yang baik, dengarlah tentang kesenangan karena penyakit tubuh ini adalah wadah penyakit, sehingga orang merasakan penderitaan yang amat sangat, penyakit pikiran, empedu dan hati, terus menerus akan menyerang tubuh manusia yang lemah ini, membuat darah dan nanah menjadi panas, otot-otot dicengkram rasa sakit
Di tempat tidur yang nyaman orang sakit tidak merasakan kenyamanannya, gelisah meratap dan menggerutu, melalui karma yang tak pandang bulu, walaupun makanan yang nikmat disajikan padanya, selalu dimuntahkan bila ditelan.
Jika dibaringkan di tempat yang empuk dan sejuk, masih merasa panas dan seperti terbakar, jika diselimuti kain hangat, tetap merasa dingin seperti tergenang dalam salju basah.
Walau sanak saudara berkumpul disekitarnya, tak ada yang mampu mengurangi rasa sakitnya,meskipun banyak pahlawan perang dan dokter, mereka tak mampu menghentikan masaknya karma buruk.
Yang tidak menyadari kebenaran Agung ini, akan menjalani semua penderitaan itu. Karena kita tidak tahu kapan datangnya penyakit, alangkah bijaksana jika menjalankan Darma penakluk tepat segala penyakit.
Dengarkanlah sahabatku, yang mengecewakan seperti rasa sakit membayar hutang yang bertumpuk-tumpuk, orang harus mengalami penderitaan kematian.
Pengawal (dewa Yama) yang menangkap dan menyeretnya, apabila saat kematian tiba.
Orang kaya tidak bisa membelinya dengan uang, sang pahlawan tidak dapat mengalahkannya dengan pedang, wanita cantik sekalipun tidak dapat merayunya.
Cedikiawanpun tak dapat menundanya, disini, yang tak jujur tidak dapat berbuat apa-apa, yang pemberani juga tidak dapat menunjukkan keperkasaannya.
Jika semua sumber kekuatan bertemu dengan tubuh, seseorang seperti teerjepit diantara dua gunung, wiharawan sudah tidak berguna lagi, dokter menyerah dengan keluh kesah, tak seorangpun dapat berhubungan dengan si mati.
Pengawal dan Dewa pelindung menghilang tak tentu rimbanya, meskipun Nafsu belum berhenti, tapi semua orang telah mencium, bau mayat bagaikan segumpal bara terbungkus abu dingin, begitulah orang menuju Kematiannya.
Mendekati saat kematian, ada yang menghitung hari dan bintang, yang lain menangis dan berteriak, yang lain memikirkan harta kekayaan yang ditinggalkan.
Harta benda yang diperoleh dengan susah payah akan dinikmati orang lain.
Betapapun besar cinta dan simpati orang lain, dia akan berpisah dan melakukan perjalanan sendiri, sahabat baiknya, suami atau istrinya hanya bisa meninggalkannya disana, dalam bungkusan, tubuhnya yang tercinta akan dibawa pergi, dilempar ke air sungai atau dibakar, atau secara mudah ditinggalkan saja di tempat yang terpencil.
Sahabatku apa yang dapat dipegang teguh untuk akhir nanti?
Haruskah kia duduk dan bermasa bodoh, atau bermalas-malasan?
Jika nafasmu berhenti esok hari, tidak ada kekayaan dunia yang dapat menolong.
Mengapa lalu seseorang harus kikir?
Sanak saudara mengelilingi ranjang, tidak ada yang dapat menolong sekejappun. Tahu bahwa semua itu harus ditinggalkan, orang akan mengerti betul bahwa semua cinta dan keterikatan adalah sia-sia, jika saat terakhir menjelang hanya Dharma yang dapat menolongnya
Kamu haruus dapat berusaha sahabatku, untuk persiapan pada saat kematian tiba jka tiba waktunya, tidak akan ada rasa takut dan menyesal bagi orang yang telah hidup sesuai dengan Dharma.
Terjemahan dari:
The Hundred Thousand Song of Milarepa’
Tim Penerjemah: PVVD. Bandung.
Komentar