Ramalan Sabdo Palon.. No 1- No 16..
Sabdo palon dikisahkan
sebagai pengasuh para raja majapahit yang konon sangat dikenal dalam kisah
Jawa, kisah sabdo palon sangat unik karena sebagai punakawan dia memilih
berpisah dengan rajanya pada saat itu, yaitu Prabu Brawijaya. Dan sebelum
berpisah karena merasa tidak sejalan dengan prabu brawijaya dia meninggalkan
pesan ramalan yang dimuat seperti dibawah ini yang telah di terjemahkan
dari bahasa jawa.
1. Ingatlah kepada kisah
lama yang ditulis di dalam buku babad tentang negara Mojopahit. Waktu itu Sang
Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Sunan Kalijaga didampingi oleh
Punakawannya yang bernama Sabda Palon Naya Genggong.
2. Prabu Brawijaya berkata
lemah lembut kepada punakawannya: “Sabda-Palon sekarang saya sudah menjadi
Islam. Bagaimanakah kamu? Lebih baik ikut Islam sekali, sebuah agama suci dan
baik.”
3. Sabda Palon menjawab
kasar: “Hamba tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta
pembesar Dah Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para
raja di tanah jawa. Sudah digaris kita harus berpisah.
4. Berpisah dengan Sang
Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak
setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Buda lagi, saya sebar seluruh tanah
Jawa.
Kira-kira dari bait
dibawah inilah, kejadian meletusnya gunung merapi yang sebelumnya di sebutkan
sebagai tempat bertapanya Sabda Palon di sangkut pautkan…
5. Bila ada yang tidak mau
memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum
legalah hati saya bila belu saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan
datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan
laharnya.
6. Lahar tersebut mengalir
ke barat daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah
mulai menyebarkan agama Buda. Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi
takdir Hyang Widi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah
lagi.
7. Kelak waktunya paling
sengsara di tanah Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang
menyeberang sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir
besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.
8. Bahaya yang mendatangi
tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri
lagi. Sebab dunia ini ada ditanganNya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa
sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.
9. Bermacam-macam bahaya
yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi.
Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang
bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya
banyak yang hilang di hutan.
10. Bumi sudah berkurang
hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri.
Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral
manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tapi siang hari banyak begal.
11. Manusia bingung dengan
sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan negara
sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut berjalan disusul
datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah
Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia.
12. Bahaya penyakit luar
biasa. Di sana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar
menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir sehingga
bila dilihat persis lautan pasang.
13. Seperti lautan meluap
airnya naik ke daratan. Merusakkan kanan kiri. Kayu-kayu banyak yang hanyut.
Yang hidup di pinggir sungai terbawa sampai ke laut. Batu-batu besarpun
terhanyut dengan gemuruh suaranya.
14. Gunung-gunung besar
bergelegar menakutkan. Lahar meluap ke kanan serta ke kiri sehingga
menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau
dan sapi habis sama sekali. Hancur lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun.
15. Gempa bumi tujuh kali
sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah
brekasakan yang menyeret manusia ke dalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di
sana-sini, banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat
sembuh. Kebanyakan mereka meninggal dunia.
16. Demikianlah kata-kata Sabda Palon yang segea menghilang
sebentar tidak tampak lagi diriya. Kembali ke alamnya. Prabu Brawijaya tertegun
sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya kecewa sekali dan merasa
salah. Namun bagaimana lagi, segala itu sudah menjadi kodrat yang tidak mungkin
diubahnya lagi.
Komentar