Mus Mulyadi Wafat Usia 73 Tahun-Kenangan tak Terlupakan Helen Sparingga tentang Sosok Mus Mulyadi-11 April 2019, 17:16:16 WIB
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Helen Sparingga menyembunyikan kesedihannya di balik kacamata hitam yang dikenakannya.
(Aginta Kerina/JawaPos.com)
JawaPos.com – Dunia permusikan Indonesia kembali berduka, penyanyi senior Mus Mulyadi meninggal dunia pada hari ini, Kamis (11/4) pagi.
Ditanya
kenangan dengan suaminya, Helen Sparingga mengungkapkan bahwa ia dan
suami selalu menghabiskan waktu bersama untuk membaca kitab suci.
Terlebih, semenjak penglihatan Mus Mulyadi hilang pada 2009.
“Mas Mul selalu bilang semangat sama anaknya. Setiap hari video call
sama cucunya. Nggak ada pesan. Suamiku selalu semangat, senang
hidupnya. Bahagia saya disampingnya. Terus, saat dia buta, saya nggak
pernah pergi-pergi. Kalau mau pergi berdua. Kami selalu baca firman
bersama,” ungkap Helen saat ditemui di kawasan Jakarta Barat, Kamis
(10/4).
Selama hidup, Helen mengingat suaminya adalah sosok yang
pendiam. Mus Mulyadi juga disebut sebagai sosok yang selalu mengalah.
Selama 44 tahun bersama, Helen mengatakan mereka selalu melewatkan momen
tahun baru bersama.
“Mas Mul itu sosok yang pendiam, baik, selalu
ngalah untuk saya, dewasa untuk saya. Saya bertemu di tahun baru, tahun
74. Lalu, tahun 75 menikah. Setiap tahun baru bersama, nggak mau pisah.
44 tahun kami bersama terus di tahun baru,” ujar Helen.
Helen Sparingga mengaku sudah merelakan Mus Mulyadi pergi meninggalkannya duluan. (Aginta Kerina/JawaPos.com)Oleh
karenanya, Helen tak menyangka tahun ini adalah akhir kebersamaan
mereka. Berusaha kuat, ia pun mengaku sudah merelakan suaminya itu pergi
kembali pada sang pencipta.
“Ternyata itu (2019) tahun baru
terakhir buat kami sama Mas Mul. Tapi, saya memang berdoa saat ketemu
mas Mul pertama kali ‘saya mau suami itu (Mus Mulyadi)’. Ternyata tuhan
memberikan dia jodoh saya, dan sekarang dia meninggalkan saya. Saya
percaya dia orang kuat. Marah pun nggak pernah, di wajahnya kalau marah
keliatan marah, setelah itu dia memaafkan. Orang baik dia, temennya
banyak,” ujar Helen.
“Tuhan sudah menyiapkan dia pulang duluan.
Padahal, dia selalu bilang sama-sama kalau pulang. Tapi, ya duluan. Dia
sebetulnya belum mau meninggalkan kita, tapi Tuhan sudah memanggil dia.
Kami rela. Saya tadi bilang, saya rela mas Mul,” tandas Helen
menyembunyikan kesedihannya di balik kacamata hitam.
Mus Mulyadi meninggal dunia di usia 73 tahun. Ia akhirnya kalah melawan penyakit diabetes yang dideritanya sejak 1984.
Pengantar. Dalam Wisudhi/Pentahbisan Upasaka/Upasika, atau Kelahiran Anak-Cucu, ada beberapa peraturan dalam memberi Nama Buddhis yang akan diterangkan sebagai berikut ini. Memberi nama kepada anak yang baru lahir harus diperhatikan dan jangan memberi nama sembarang. Sebuah nama akan membawa pengaruh besar terhadap kehidupan ia, contohnya ketika Pangeran Sidhatta (calon Buddha) lahir orang tuanya Raja Suddhodana dan Ratu Maha Maya langsung memanggil paranormal ahli kebatinan, untuk meminta nama bagi bayi yang baru lahir itu, lalu diberi nama Sidhatta yang artinya tercapai cita-citanya. Ternyata di kemudian hari Pangeran Sidhatta menjadi anak yang cerdas, penuh belas-kasih dan semua keinginannya terkabul tanpa banyak halangan, hingga akhirnya menjadi Buddha. Begitupula kita harus ingat dan memerhatikan dalam hal memberi nama kepada anak yang baru lahir, juga dalam wisudhi atau penahbisan upasaka dan upasika. Pada buku ini, nama-nama Buddhis yang tercantum disusun menurut dan mengik...
Mantra Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) dengan terjemahan Indo ini banyak di baca oleh Umat Mahayana khususnya, karena banyak membawa manfaat secara Spiritual maupun duniawi. Banyak kisah nyata ke-Agungan Mantra Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) dari Umat Mahayana yang telah merasakan manfaatnya, saat sikon mendesak/ terdesak. Banyak ke-Agungan atau ke-Ajaiban datang setelah sering membaca Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani), yg sulit dipercaya oleh akal sehat kita, tapi nyata ada. Sebab itu, untuk membuktikan anda harus YAKIN dan Tekad Kuat dalam mebaca Mantra Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani). Ada Guru Spiritual memberitahu kalau buktikan manfaat Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) ini, anda coba baca sampai 5000 (lima ribu) kali, misalnya tiap hari 10-30 kali, sambil cia-cai (vegetarian). Nanti kalau sudah jumlahnya 5000 kali anda akan lihat dan rasakan sendiri apa manfaatnya. oleh Shu Hikari ...
DISKUSI DHARMA FACEBOOK. Diskusi: Tanya; Bhante, mengenai peliharaan spt ikan, kura2, anjing, memang di ajaran Buddha mengajarkan qt untuk membebaskan makhluk hidup ke alam bebas tp gmn klo qt pelihara Anjing, apakah termasuk salah, ikan jika tdk ada habitat yg bs lepaskan itu gmn spt ikan arwana ato ikan mas koki, kura2 yang tdk ada habitat u/ melepaskannya spt kura2 jenis brazil ato lainnya yg bkn habitatnya di jakarta yg jarang ada Hutan, tp jika qt merawat mrk dgn baik apakah termasuk karma buruk bagi qt sendiri jg.Tolong beli penjelasan Bhante... Sadhu3. Jawab: Memelihara hewan seperti; ikan, anjing, burung, dsb. Menurut ajaran Buddha tidak baik. Segala sesuatu yang awalnya tidak baik, pasti berakibat merugikan, alasannya membuat penderitaan pihak lain dalam hal ini hewan. Menurut Buddha; Hewan itu juga makhluk hidup yang butuh hidup bebas seperti halnya manusia (kita). Buddha selalu menekankan tentang sebab akibat, artinya kalau anda berbuat atau bertindak kepada orang lain atau ...
Komentar