“ Dampak/ Efek dari KESOMBONGAN “
Asumsi ajaran Buddha ialah selalu
mengarah ke Sebab dan Akibat, bahwa tiap tindakan apapun, baik melalui pikiran,
ucapan dan prilaku akan membawa akibat/ efek/dampak. Kesombongan atau Sikap
Arogan adalah salah satu tindakan negatif/ buruk, sampai ke level yang paling
haluspun tetap buruk/negatif. Maka akibatnya merugikan dan hasilnya membawa
penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain.
Sepintas saja Orang Sombong mudah
sekali dilihat, karena sudah Nampak dari mulai Mata-nya dan Raut Wajahnya, Ucapannya,
apalagi Sikap dan Tindakannya. Demikian pula orang Rendah Hati (tidak sombong)
pasti gampang dilihat.
Mengapa? Sebab, tubuh kita adalah
Media Ekspresi yang muncul dari dalam, yaitu Batin kita (pikiran).
Bila anda mau bukti contohnya,
anda boleh bertanya sama sdr.’Erwin Yap’ sang Ahli Pembaca Raut Wajah.
Sejatinya, Orang Sombong suka
Pamer apa saja yg dimilki, lebih suka memuji diri sendiri dan amat suka dipuji
oleh orang lain, meski nilainya tidak seberapa. Sebaliknya orang sombong suka merendahkan
status orang lain, atau suka anggap rendah orang lain atau tidak menghargai
hasil karya orang lain meski karya itu bernilai tinggi. Artinya, orang sombong
kebanyakan tidak mau kalah apalagi mau mengalah.
Kesombongan lambat laun pasti
merugikan diri-nya dan orang lain. Sampai ke titik yang paling bahaya:
Kesombongan akan Menggilas orang sombong bahkan mampu Membunuh diri-nya sendiri
(orang sombong). Kesombongan diumpamakan seperti orang dipatuk Ular berbisa
yang Racunnya (Kesombongan) akan menjalar mulai dari ujung Jari Kaki yang
perlahan naik hingga ke ubun2 (otak) dan akhirnya mematikan orang yang dipatuk
Ular (orang sombong) tsb.
Buktinya; Dewadatta yang sombong
dengan kemampuan gaibnya (kesaktian), hingga mau membunuh Guru Buddha. Namun
akhirnya, justru Dewadatta masuk ke Bumi yang terbelah dan mati akibat Kesombongan
yang menjerumuskannya ke alam Neraka Awici. (Lihat
buku Riwayat Hidup Buddha Gotama).
Sebab itu, orang sombong tidak
disukai oleh banyak orang, kecuali oleh para Penjilat.
Kesombongan dalam bahasa Pali
artinya MANA, yang menurut Guru
Buddha adalah Belenggu/ Rintangan
ke-8 dalam Praktik Dharma untuk meraih tingkat kesucian batin.
Kesombongan dalam bentuk lain
menurut Guru Buddha adalah membandingkan diri dengan
pihak lain. Misalnya seperti; Saya
lebih pandai/cerdas dari yang lain, saya lebih sabar dari yang lain, saya lebih
maju dlm Dharma dibanding yang lain.
Pada
Level yang amat halus kadang membandingkan secara Kebalikannya misalnya
seperti; saya lebih bodoh dari yang lain, saya lebih rendah dari yang lain, saya
lebih cepat marah dari yang lain, dst…Itupun bentuk lain dari Kesombongan.
Sepuluh
belenggu kehidupan sbb:
1. Sakayaditthi:
pandangan salah anggapan adanya roh
atau aku, diri, dia, kamu yang kekal,
yang sebenarnya tidak ada roh atau aku, diri, dia,
kamu yang kekal, yang ada ialah
proses Jasmani dan Batin.
2. Wicikiccha:
keraguan terhadap Buddha Gotama dan ajaran-Nya.
3. Silabbataparamassa: kesesatan
terikat sembahyang dapat mencapai kesucian.
4. Byapada (Patigha), adalah keinginan jahat
atau rasa dendam.
5. Kamaraga,
adalah nafsu keinginan inderawi.
6. Ruparaga,
adalah ingin terlahir di alam-alam Jhana yang berbentuk.
7. Aruparaga,
adalah ingin terlahir di alam-alam Jhana yang tidak berbentuk.
8. Mana,
adalah kesombongan, membandingkan diri dengan pihak lain.
9. Udaccha,
adalah kegelisahan batin, tidak dapat mencerap satu objek.
10.
A-Wijja, artinya kegelapan batin, kebodohan batin,
ketidak tahuan.
Disadari atau tidak, tiap orang pasti memiliki Kesombongan (bahasa
Inggris Ego),
sebelum mencapai tingkat kesucian batin tertinggi Arahat.
Hanya saja, tiap orang Tingkat Kesombongan kadarnya berbeda, sebagian
ada
yang tinggi tingkat Kesombongannya, ada yang sedang dan ada yang rendah
tingkat
Kesombongannya.
Sepuluh (10) belenggu Kehidupan ini adalah Rintangan Berat bagi Praktisi Dharma
untuk meraih Kesucian Batin,
karenanya harus diatasi, dikikis dan dihancurkan
dengan latihan Meditasi Wipassana.
Dharma Kebenaran Universal.
Ajaran Guru Buddha.
Komentar