" Mengenal Lao Tzu dan Ajarannya ".
"Perjalanan seribu Li dimulai dari satu langkah kecil. " ( Tao Te Cing, Bab 64,5).
Ungkapan di atas dikutip dari kitab Tao Te Ching karya Lao Tzu atau Lao Zi. Ungkapan yang sangat sederhana tetapi menjadi sangat terkenal dan sering dijadikan pendorong semangat dalam setiap usaha atau kegiatan pada kehidupan manusia saat ini.
Lao Tzu hidup pada rentang masa 604-531 SM. Ia dilahirkan di negara Ch'u yang terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan Provinsi Hunan. Ia bernama asli Li Erh dengan gelar Dewata, Lau C'un, Th'ai Shang Lau C'un, atau Th'ai Shang Hsuan Yuan Huang Ti. Nama keluarganya Li, dan nama panggilannya Erh. Nama Lao Tzu secara hurufiah mengandung pengertian 'empu tua.'
Menurut sejarawan Tiongkok, Suma Xian (Shu Xian) yang menulis sekitar tahun 100 SM, Lao Tzu berasal dari desa Ch'u-jen, Provinsi Hunan, dan hidup sekitar abad ke-6 SM, di Ibukota Loyang negara Ch'u. Lao Tzu hidup pada era Ciu dan hampir satu era dengan Confucius dan Buddha Gautama. Pada masa pemerintahan Dinasti Chou (1111-255 SM), Lao Tzu sempat diangkat sebagai seorang ahli perpustakaan (Shih). Sebagai seorang ahli perpustakaan, ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang perbintangan dan peramalan, yang juga menguasai berbagai kitab kuno.
Sedikit sekali catatan yang dapat ditemukan mengenai kehidupan Lao Tzu. Karya besarnya adalah sebuah kitab yang memakai namanya sebagai judul, yakni Lao Tzu yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Tao Te Ching (kitab klasik mengenai jalan dan daya). Kitab ini dipandang sebagai karya kefilsafatan pertama dalam sejarah China. Dalam berbagai perubahan kebudayaan di China, Lao Tzu tidak pernah hilang. Bagi para Confucianis, Lao Tzu dipandang sebagai seorang filsuf yang agung, dan bagi kebanyakan orang, ia adalah seorang dewa atau orang suci. Sedangkan bagi para Taois, ia merupakan pancaran dari Tao dan sesuatu yang merupakan keilahian agung mereka.
Legenda Kehidupannya
Banyak sekali versi yang mengisahkan tentang kelahiran Lao Tzu, salah satunya dipengaruhi oleh cerita tentang kelahiran Sang Buddha. Dikisahkan bahwa ibunda Lao Tzu mengandung selama 72 tahun, dan ia dilahirkan melalui ketiak kirinya. Menurut legenda ini, ia telah berulang kali turun dari langit dalam berbagai wujud manusia sepanjang sejarah untuk menurunkan ajaran Taoisme kepada para kepala negara. Legenda lainnya dari keluarga Li mengisahkan, bahwa bayi tersebut terlahir bersinar di bawah kaki pohon plum ('Li') sehingga diputuskan bahwa 'Li' adalah nama keluarganya. Legenda ini berkembang dari cerita perjalanan Lao Tzu ke Barat (India). Bahkan legenda ini mempercayai bahwa Sang Buddha merupakan perwujudan Lao Tzu juga.
Suma Xian melakukan penelitian mendalam dengan menemui beberapa orang yang pernah bertemu Lao Tzu, seperti Lau-Lai-Tzu, seorang Taois pengikut Confucius dan seorang ahli perbintangan bernama Tan. Hasilnya adalah bahwa kemungkinan Lao Tzu telah hidup 150 tahun, malahan ada yang mengatakan lebih dari 200 tahun. Perlu diketahui bahwa menurut kepercayaan kuno, seorang Guru Agung dapat hidup kekal.
Kepercayaan ini kemungkinan lebih berkembang pada tradisi sebelum Chuang Zi, seorang Guru Agung Taois yang hidup sekitar abad ke-4, karena dalam karya-karya Chuang Zi, walaupun ia menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan kematian tetapi tanpa diberikan penekanan khusus terhadap bentuk kekekalan. Oleh karena itu menurut Suma Xian, Lao Tzu kemungkinan seorang pertapa yang tak meninggalkan jejak kehidupannya. Sebab pada kenyataannya dalam sepanjang sejarah China, selalu tercatat adanya para pertapa yang meninggalkan kehidupan duniawi.
"Tao Te Ching"
Ajaran Lao Tzu, lebih dikenal dengan sebutan Taoisme, yakni suatu paham spiritual yang lahir di Tiongkok dan telah mengalami berbagai perkembangan selama ribuan tahun. Taoisme dikembangkan oleh Lao Tzu dengan kitab utamanya yang disebut Tao Te Ching yakni kitab tentang Jalan Kebenaran. Kitab ini merupakan suatu buku spiritual singkat yang sangat rumit dan hanya terdiri dari 5.250 huruf.
Penulisan Tao Te Ching sendiri menurut kisahnya berawal ketika pada usia tuanya Lao Tzu meninggalkan negara Chu dan hendak hidup bertapa. Dalam perjalanannya, ia dihentikan di pintu gerbang Hsien Ku oleh seorang penjaga yang bernama Yin Hsi, di perbatasan negara Chin. Yin Hsi mengenali Lao Tzu sebagai seorang Yang Suci, lalu ia memintanya untuk menuliskan kebijaksanaannya dalam suatu kitab. Lao Tzu menyanggupi dan selang tiga hari kemudian, ia berhasil menyelesaikannya.
Setelah menyelesaikan bukunya, menurut kisahnya Lao Tzu dengan menunggang seekor kerbau dan bernyanyi, ia meninggalkan kehidupan duniawi menuju ke arah Barat (India/ pegunungan Himalaya). Sejak saat itulah tidak pernah terdengar kabar lagi mengenai dirinya. Sedangkan Yin Hsi sendiri setelah membaca kitab tersebut, lalu menjalani kehidupan pertapaan dan mencapai dunia dewata sebagai seorang dewa. Menurut catatan sejarah dari Suma Xian, Yin Hsi juga menulis sebuah buku yang berkaitan dengan metode meditasi Taois, dengan judul Kuan Yin Zi. Sesudah itu ia pun ikut merantau ke Barat (India/pegunungan Himalaya) dan kemudian tidak terdengar kabar beritanya lagi.
Ide ajaran dalam Tao Te Ching yang terkenal adalah mengenai wuwei (tanpa upaya disengaja). Wuwei mengandung pengertian membiarkan segala hal terjadi sesuai dengan apa adanya, alami, dan bukan dibuat-buat atau direncanakan. Doktrin 'wuwei' merupakan suatu bentuk pengolahan diri untuk mencapai kesunyian diri sejati, dan penyucian pikiran.
Konsep pemikiran maupun pandangan-pandangan Lao Tzu erat kaitannya tentang dunia dan alam semesta serta hubungannya dengan kehidupan manusia, pemerintahan, dan Yang Mahaesa (Tao). Tao terkesan tidak logis, dan memang Tao melampaui batas-batas logika. Sehingga untuk dapat memahami dan mengerti secara mendalam ajaran Lao Tzu yang sulit ini diperlukan usaha yang tekun dan perenungan yang mendalam secara intuisi. Kebanyakan orang mengidentikkan Taoisme sebagai sesuatu yang bersifat gaib dan mistik. Hal ini disebabkan pada zaman Hao Han, terdapat seorang pengikut Taoisme bernama Zhang Tao Ling yang bergelar Zhang Thien She menyebarkan ajaran Lao Tzu dengan menambahkan ilmu gaib dan mempraktikkan mistik.
Skeptisme Cendekiawan
Keberadaan legenda Lao Tzu sempat dipertanyakan oleh para cendekiawan, dengan alasan Tao Te Cing tidak mungkin ditulis oleh satu orang saja. Beberapa cendekiawan mengatakan bahwa Tao Te Cing kemungkinan berasal dari era Confucius, dan beberapa lainnya mengatakan kitab tersebut berasal dari sekitar abad ke-3 SM. Kesimpangsiuran ini menyebabkan beberapa cendekiawan yang menyatakan bahwa pengarang Tao Te Cing dilakukan oleh Tan, seorang ahli perbintangan.
Sementara berdasarkan biografi Suma Xian dari penelusuran garis keturunan Sang Guru Agung tersebut, berhasil mengaitkan kehidupan Lau Tan pada sekitar abad ke-4 SM. Akan tetapi hasil penelusuran garis keturunan tersebut tentunya agak sulit dipertimbangkan dari sudut sejarah. Ini hanya dapat membuktikan bahwa pada masa kehidupan Suma Xian, terdapat keluarga bermarga Li yang mengakui sebagai keturunan dari Guru Agung Lao Tzu. Hal ini tidak meletakkan suatu dasar yang kuat untuk memastikan keberadaan Lao Tzu.
Keraguan lain mengatakan bahwa nama Lao Tzu sendiri ada kemungkinan untuk menunjukkan gelar kehormatan terhadap Guru Agung Tao daripada nama pribadi seseorang. Dalam biografi Shih Chi dan sebagaimana sempat disinggung juga secara sekilas dalam beberapa kitab kuno lainnya, bahwa terdapat banyak riwayat para Guru Agung yang ditulis mulai dari abad ke-2 SM. Hal ini cukup menarik perhatian apabila dikaitkan dengan sejarah pembentukan Taoisme Agama (Tao Chiao). Selama Dinasti Han, Lao Tzu dianggap sebagai suatu figur mistik yang disembah oleh rakyat bahkan oleh raja sendiri. Perkembangan berikutnya, ia diangkat sebagai Lau Agung (Lau C'un), penjaga dan pewarta kitab kuno dan sang penyelamat umat manusia.
Namun demikian lepas dari berbagai kontroversi yang ada, patutlah disimak penghormatan Confusius pada Lao Tzu, seperti yang ditulis oleh Suma Xian, bagaimana Lao Tzu pada suatu hari bertemu dengan Confucius, yang dikritiknya sebagai seorang budiman yang menimbun kebajikan begitu rapat, seolah-olah kosong adanya. Sesudah pertemuan, Confucius berkata kepada murid-muridnya, "Saya tahu bagaimana burung terbang, bagaimana ikan berenang, bagaimana binatang darat berlari.
Tetapi yang berlari, tetap saja bisa terperangkap, yang berenang bisa terjala, yang terbang bisa terpanah. Namun siapa yang tahu bagaimana seekor naga mengendarai angin melalui awan menuju surga? Hari ini saya bertemu Lao Tzu dan hanya dapat membandingkannya dengan seekor naga."
Ungkapan di atas dikutip dari kitab Tao Te Ching karya Lao Tzu atau Lao Zi. Ungkapan yang sangat sederhana tetapi menjadi sangat terkenal dan sering dijadikan pendorong semangat dalam setiap usaha atau kegiatan pada kehidupan manusia saat ini.
Lao Tzu hidup pada rentang masa 604-531 SM. Ia dilahirkan di negara Ch'u yang terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan Provinsi Hunan. Ia bernama asli Li Erh dengan gelar Dewata, Lau C'un, Th'ai Shang Lau C'un, atau Th'ai Shang Hsuan Yuan Huang Ti. Nama keluarganya Li, dan nama panggilannya Erh. Nama Lao Tzu secara hurufiah mengandung pengertian 'empu tua.'
Menurut sejarawan Tiongkok, Suma Xian (Shu Xian) yang menulis sekitar tahun 100 SM, Lao Tzu berasal dari desa Ch'u-jen, Provinsi Hunan, dan hidup sekitar abad ke-6 SM, di Ibukota Loyang negara Ch'u. Lao Tzu hidup pada era Ciu dan hampir satu era dengan Confucius dan Buddha Gautama. Pada masa pemerintahan Dinasti Chou (1111-255 SM), Lao Tzu sempat diangkat sebagai seorang ahli perpustakaan (Shih). Sebagai seorang ahli perpustakaan, ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang perbintangan dan peramalan, yang juga menguasai berbagai kitab kuno.
Sedikit sekali catatan yang dapat ditemukan mengenai kehidupan Lao Tzu. Karya besarnya adalah sebuah kitab yang memakai namanya sebagai judul, yakni Lao Tzu yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Tao Te Ching (kitab klasik mengenai jalan dan daya). Kitab ini dipandang sebagai karya kefilsafatan pertama dalam sejarah China. Dalam berbagai perubahan kebudayaan di China, Lao Tzu tidak pernah hilang. Bagi para Confucianis, Lao Tzu dipandang sebagai seorang filsuf yang agung, dan bagi kebanyakan orang, ia adalah seorang dewa atau orang suci. Sedangkan bagi para Taois, ia merupakan pancaran dari Tao dan sesuatu yang merupakan keilahian agung mereka.
Legenda Kehidupannya
Banyak sekali versi yang mengisahkan tentang kelahiran Lao Tzu, salah satunya dipengaruhi oleh cerita tentang kelahiran Sang Buddha. Dikisahkan bahwa ibunda Lao Tzu mengandung selama 72 tahun, dan ia dilahirkan melalui ketiak kirinya. Menurut legenda ini, ia telah berulang kali turun dari langit dalam berbagai wujud manusia sepanjang sejarah untuk menurunkan ajaran Taoisme kepada para kepala negara. Legenda lainnya dari keluarga Li mengisahkan, bahwa bayi tersebut terlahir bersinar di bawah kaki pohon plum ('Li') sehingga diputuskan bahwa 'Li' adalah nama keluarganya. Legenda ini berkembang dari cerita perjalanan Lao Tzu ke Barat (India). Bahkan legenda ini mempercayai bahwa Sang Buddha merupakan perwujudan Lao Tzu juga.
Suma Xian melakukan penelitian mendalam dengan menemui beberapa orang yang pernah bertemu Lao Tzu, seperti Lau-Lai-Tzu, seorang Taois pengikut Confucius dan seorang ahli perbintangan bernama Tan. Hasilnya adalah bahwa kemungkinan Lao Tzu telah hidup 150 tahun, malahan ada yang mengatakan lebih dari 200 tahun. Perlu diketahui bahwa menurut kepercayaan kuno, seorang Guru Agung dapat hidup kekal.
Kepercayaan ini kemungkinan lebih berkembang pada tradisi sebelum Chuang Zi, seorang Guru Agung Taois yang hidup sekitar abad ke-4, karena dalam karya-karya Chuang Zi, walaupun ia menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan kematian tetapi tanpa diberikan penekanan khusus terhadap bentuk kekekalan. Oleh karena itu menurut Suma Xian, Lao Tzu kemungkinan seorang pertapa yang tak meninggalkan jejak kehidupannya. Sebab pada kenyataannya dalam sepanjang sejarah China, selalu tercatat adanya para pertapa yang meninggalkan kehidupan duniawi.
"Tao Te Ching"
Ajaran Lao Tzu, lebih dikenal dengan sebutan Taoisme, yakni suatu paham spiritual yang lahir di Tiongkok dan telah mengalami berbagai perkembangan selama ribuan tahun. Taoisme dikembangkan oleh Lao Tzu dengan kitab utamanya yang disebut Tao Te Ching yakni kitab tentang Jalan Kebenaran. Kitab ini merupakan suatu buku spiritual singkat yang sangat rumit dan hanya terdiri dari 5.250 huruf.
Penulisan Tao Te Ching sendiri menurut kisahnya berawal ketika pada usia tuanya Lao Tzu meninggalkan negara Chu dan hendak hidup bertapa. Dalam perjalanannya, ia dihentikan di pintu gerbang Hsien Ku oleh seorang penjaga yang bernama Yin Hsi, di perbatasan negara Chin. Yin Hsi mengenali Lao Tzu sebagai seorang Yang Suci, lalu ia memintanya untuk menuliskan kebijaksanaannya dalam suatu kitab. Lao Tzu menyanggupi dan selang tiga hari kemudian, ia berhasil menyelesaikannya.
Setelah menyelesaikan bukunya, menurut kisahnya Lao Tzu dengan menunggang seekor kerbau dan bernyanyi, ia meninggalkan kehidupan duniawi menuju ke arah Barat (India/ pegunungan Himalaya). Sejak saat itulah tidak pernah terdengar kabar lagi mengenai dirinya. Sedangkan Yin Hsi sendiri setelah membaca kitab tersebut, lalu menjalani kehidupan pertapaan dan mencapai dunia dewata sebagai seorang dewa. Menurut catatan sejarah dari Suma Xian, Yin Hsi juga menulis sebuah buku yang berkaitan dengan metode meditasi Taois, dengan judul Kuan Yin Zi. Sesudah itu ia pun ikut merantau ke Barat (India/pegunungan Himalaya) dan kemudian tidak terdengar kabar beritanya lagi.
Ide ajaran dalam Tao Te Ching yang terkenal adalah mengenai wuwei (tanpa upaya disengaja). Wuwei mengandung pengertian membiarkan segala hal terjadi sesuai dengan apa adanya, alami, dan bukan dibuat-buat atau direncanakan. Doktrin 'wuwei' merupakan suatu bentuk pengolahan diri untuk mencapai kesunyian diri sejati, dan penyucian pikiran.
Konsep pemikiran maupun pandangan-pandangan Lao Tzu erat kaitannya tentang dunia dan alam semesta serta hubungannya dengan kehidupan manusia, pemerintahan, dan Yang Mahaesa (Tao). Tao terkesan tidak logis, dan memang Tao melampaui batas-batas logika. Sehingga untuk dapat memahami dan mengerti secara mendalam ajaran Lao Tzu yang sulit ini diperlukan usaha yang tekun dan perenungan yang mendalam secara intuisi. Kebanyakan orang mengidentikkan Taoisme sebagai sesuatu yang bersifat gaib dan mistik. Hal ini disebabkan pada zaman Hao Han, terdapat seorang pengikut Taoisme bernama Zhang Tao Ling yang bergelar Zhang Thien She menyebarkan ajaran Lao Tzu dengan menambahkan ilmu gaib dan mempraktikkan mistik.
Skeptisme Cendekiawan
Keberadaan legenda Lao Tzu sempat dipertanyakan oleh para cendekiawan, dengan alasan Tao Te Cing tidak mungkin ditulis oleh satu orang saja. Beberapa cendekiawan mengatakan bahwa Tao Te Cing kemungkinan berasal dari era Confucius, dan beberapa lainnya mengatakan kitab tersebut berasal dari sekitar abad ke-3 SM. Kesimpangsiuran ini menyebabkan beberapa cendekiawan yang menyatakan bahwa pengarang Tao Te Cing dilakukan oleh Tan, seorang ahli perbintangan.
Sementara berdasarkan biografi Suma Xian dari penelusuran garis keturunan Sang Guru Agung tersebut, berhasil mengaitkan kehidupan Lau Tan pada sekitar abad ke-4 SM. Akan tetapi hasil penelusuran garis keturunan tersebut tentunya agak sulit dipertimbangkan dari sudut sejarah. Ini hanya dapat membuktikan bahwa pada masa kehidupan Suma Xian, terdapat keluarga bermarga Li yang mengakui sebagai keturunan dari Guru Agung Lao Tzu. Hal ini tidak meletakkan suatu dasar yang kuat untuk memastikan keberadaan Lao Tzu.
Keraguan lain mengatakan bahwa nama Lao Tzu sendiri ada kemungkinan untuk menunjukkan gelar kehormatan terhadap Guru Agung Tao daripada nama pribadi seseorang. Dalam biografi Shih Chi dan sebagaimana sempat disinggung juga secara sekilas dalam beberapa kitab kuno lainnya, bahwa terdapat banyak riwayat para Guru Agung yang ditulis mulai dari abad ke-2 SM. Hal ini cukup menarik perhatian apabila dikaitkan dengan sejarah pembentukan Taoisme Agama (Tao Chiao). Selama Dinasti Han, Lao Tzu dianggap sebagai suatu figur mistik yang disembah oleh rakyat bahkan oleh raja sendiri. Perkembangan berikutnya, ia diangkat sebagai Lau Agung (Lau C'un), penjaga dan pewarta kitab kuno dan sang penyelamat umat manusia.
Namun demikian lepas dari berbagai kontroversi yang ada, patutlah disimak penghormatan Confusius pada Lao Tzu, seperti yang ditulis oleh Suma Xian, bagaimana Lao Tzu pada suatu hari bertemu dengan Confucius, yang dikritiknya sebagai seorang budiman yang menimbun kebajikan begitu rapat, seolah-olah kosong adanya. Sesudah pertemuan, Confucius berkata kepada murid-muridnya, "Saya tahu bagaimana burung terbang, bagaimana ikan berenang, bagaimana binatang darat berlari.
Tetapi yang berlari, tetap saja bisa terperangkap, yang berenang bisa terjala, yang terbang bisa terpanah. Namun siapa yang tahu bagaimana seekor naga mengendarai angin melalui awan menuju surga? Hari ini saya bertemu Lao Tzu dan hanya dapat membandingkannya dengan seekor naga."
Komentar