Tuhan/ Allah yang mengatur Gempa Bumi, Bencana Alam, Musibah Serta Perang Pembantaian Manusia?

“Tuhan/Allah yang mengatur Gempa Bumi,
Bencana Alam, Musibah serta Perang pembantaian manusia?”

(sebuah renungan dan kajian serta analisis)
Oleh Wirata Labhikok

Fakta & Realita.

Doktrin Penciptaan dan Pengaturan.

Para penganut agama di dunia percaya bahwa manusia dan hewan serta seisi dunia dan alam semesta ini di ciptakan dan diatur oleh Tuhan/Allah. Hidup dan matinya manusia juga ada di tangan Tuhan/Allah, tak ada seorang manusia pun yang berhak mengambil atau mencabut nyawa orang lain, kecuali Tuhan/Allah. Kepercayaan ini dijadikan doktrin atau prinsip agama yang harus dipegang teguh dan diajarkan turun-temurun dari kakek buyut hingga anak-cucu, dari dulu hingga saat ini sampai ribuan tahun lamanya. Silsilah Nabi Adam (pria) yang pertama diciptakan oleh Tuhan/Allah dari debu, lalu dari tulang rusuk Adam diambil diciptakan yang kedua adalah Hawa (wanita). Berawal dari kepercayaan inilah ajaran agama ditulis dalam sebuah buku yang pertama disebut kitab Taurat yang dianggap kitab paling ‘suci’ oleh para penganutnya saat itu. Kemudian seiring perkembangan zaman peradaban manusia, disamping kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih (iptek), para penganut ajaran (agama) ini akhirnya terpecah-pecah, maka muncul berbagai sekte aliran agama. Demikian pula yang semula hanya satu kitab Taurat yang dianggap suci, kini mau tak mau kitab suci akhirnya jumlahnya banyak sekali. Dan lucunya masing-masing mengklaim kitab sucinya yang paling benar, meskipun diantaranya ada perbedaan. Contohnya: Penganut Islam kitab sucinya Al Qur’an, dan Kristen atau Katolik kitab sucinya Injil Perjanjian Lama dan Baru jelas isinya berbeda-beda. Kadang sama-sama satu agama, tapi kitab sucinya berbeda-beda, entah kenapa? Padahal, mereka semua sama-sama percaya dan menyembah Tuhan/Allah, dan percaya silsilah nabi Adam yang pertama, mereka berarti satu keturunannya juga. Para penganut agama lazimnya percaya bahwa hidup manusia diciptakan dan diatur oleh Tuhan/Allah. Dari situlah muncul pandangan para ekstrimis Islam garis keras di Afganistan dan Pakistan (Taliban-Al Qaidah) melarang para penganutnya melukis orang atau hewan, menggambar, mengukir, memfoto semua bentuk makhluk hidup. Menurut mereka pekerjaan seperti itu sama dengan melawan atau melebihiTuhan/Allah, yang disebut ‘Murtad’. Pada prinsipnya hanya Tuhan/Allah yang berhak membuat, menciptakan makhluk hidup termasuk manusia dan hewan, sekaligus hanya Tuhan/Allah yang berhak mencabut nyawa atau mengambilnya kembali. Jika ada orang atau siapa pun yang berani melanggar hukum ini, konsekuensi atau risikonya dibunuh dan dihancurkan (lihat film Lost Treasure of The Hidden Buddha). Kaum Perempuan juga menjadi objek ‘diskriminasi berat’ oleh kelompok ini. Misalnya wanita tidak boleh sekolah atau mendapatkan akses pendidikan yang memadai. Perempuan hanya dijadikan sebagai pembantu rumah-tangga dan mengurus anak, tidak lebih malah muka dan seluruh badannya harus tertutup rapat, hingga ke bagian bawah kaki. Yang nampak hanya kedua mata itupun karena perlu untuk melihat, kadang ada juga yang lebih parah mata ditutup cadar, dan semua daerah muka hingga ke bawah kaki pun harus ditutup rapat. Saya sangat ‘Setuju’ Aturan ketatnya terhadap kaum perempuan oleh kelompok Taliban, karena boleh jadi sangat berguna pada saat ini bila aturan itu diterapkan di Indonesia. Sehubungan banyaknya kasus perkosaan disertai pembunuhan bahkan mutilasi terhadap kaum perempuan. Dan inilah rupanya yang dipikirkan oleh mereka kelompok Taliban jauh-jauh hari pada masa dulu, yang akibatnya baru terasa saat ini di era Globalisasi zaman keterbukaan. Hingga di Malang Jawa Timur ada panti pijat pemiliknya membuat peraturan kepada kaum perempuan (Hawa) agar mengunakan celana dalam (terbuat dari ...) dikunci gembok untuk melindungi daerah terlarang khusus milik wanita (pintu surga dunia) dalam waktu kerjanya. Maka sempat terpikir oleh saya, betapa kaum Adam (pria) ini mudah sekali naik darah dan mendidih ke seluruh tubuhnya lalu berubah menjadi ‘harimau lapar’ yang amat ganas begitu memandang perempuan cantik atau tidak cantik. Buktinya, berapa kali kita mendengar dan menyaksikan peristiwa kaum wanita yang diperkosa dan dibunuh lalu dimutilasi, di berbagai tempat di Indonesia termasuk “Tragedi Mei ‘98”. Memang hidup manusia itu sangat kompleks, ribet, berlika-liku, pelik, sekaligus unik.

Apakah Perang, pembantaian manusia dan bencan alam
serta musibah diatur oleh Tuhan/Allah?

Manusia penganut agama memegang doktrin dan prinsip kepercayaan bahwa Tuhan/Allah menciptakan dan mengatur manusia dan hewan serta seisi dunia dan alam semesta ini. Hidup dan matinya manusia juga ada di tangan Tuhan/Allah, tak ada seorang manusia pun yang berhak mengambil nyawa orang lain, kecuali Tuhan/Allah. Kalau begitu, logikanya gempa bumi, bencana alam dan musibah serta perang pembantaian manusia sudah diatur oleh Tuhan/Allah? Doktrin atau prinsip agama ini tidak boleh dirubah dan tak ada yang berani melanggar atau mengkritik, jika ada yang berani mengkritik atau merubah doktrin atau prinsip agama itu, maka risikonya ialah pasti hidupnya terancam. Contoh Salman Rusdi penulis buku ‘Ayat-ayat Setan’ yang mengalami ancaman pembunuhan dan dikejar-kejar oleh kaum ekstrimis Islam, yang menuntut pengadilan hukum. Sampai saat ini pemimpin Islam terkemuka dari Iran ‘Ayatulah Khomaini’ tetap masih penasaran hingga di akhir sisa-sisa hidupnya meminta pemerintah Jerman untuk menghukum mati ‘Salman Rusdi’. Lalu, bagaimana dengan hukuman mati yang di pancung kepalanya oleh sang Algojo atas perintah Hakim di negara Islam seperti di Iran, Arabsaudi, Irak, Mekkah-Madinah? Hal itu berarti yang mengambil atau mencabut nyawa orang atau manusia lain oleh manusia juga, bukan oleh Tuhan/Allah. Kenapa dibiarkan terjadi hingga bertahun-tahun, mungkin korbannya sudah tak terhitung. Bagaimana pula dengan Ryan sang ‘Jagal’ dari Jombang yang dengan tangan ajaibnya bisa mencabut dan mengambil nyawa 12 orang tanpa diketahui? Apakah memang semua itu sebelumnya sudah diatur oleh Tuhan/Allah? Atau semua itu sudah ditakdirkan oleh Tuhan/Allah. Kalau begitu Ryan tak bersalah jika sebelumnya sudah diatur oleh Tuhan/Allah, kenapa harus dihukum, jika dia tak bersalah? Apakah hal ini tidak melawan atau bertentangan dengan doktrin atau prinsip agama itu sendiri. Jadi, mana yang benar? Semua pertanyaan itu muncul dan masih banyak lagi, misalnya ‘Doktrin Jihad Halal’ malah dapat pahala masuk surga yang terkenal diyakini dalam ajaran Islam. Efeknya banyak kaum ekstrimis Islam rela jadi korban pembom bunuh diri. Semua yang ditulis disini adalah ‘Fakta dan Realita’. Bagaimana pula dengan doktrin atau ‘Fatwa Halal’ dan ‘Haram’ hingga merokok saja diharamkan, tapi ‘Korupsi, Jihad, Merampok, Membunuh, Membantai, Mutilasi ’ yang jelas-jelas merugikan bangsa dan negara, tidak diharamkan. Pasalnya kita ini manusia yang memiliki akal sehat. Adalah wajar bila masalah yang tak masuk akal sehat itu perlu dipertanyakan. Termasuk bencana alam dan musibah, perang pembantaian manusia tak bersalah, apakah semua itu sudah di atur dan diciptakan oleh Tuhan atau Allah?

Ajaran Kristen dan Katolik Lebih Parah.

Yang lebih ‘Parah’ lagi adalah ajaran Kristen dan Katolik yang percaya bahwa Yesus adalah ‘Anak Allah’, yang lahir di kandang ‘Kambing’. Jika diteliti dan dikaji serta dianalisis secara benar, ajaran ini menyiratkan bahwa Allah beranak, dengan kata lain Allah menikah dengan entah siapa atau Maria? Lalu hamil tanpa hubungan seks (dengan Yusuf) akhirnya melahirkan anak disebut Yesus Kristus. Kadang Yesus disebut Tuhan sebagai Penyelamat umat manusia dengan cinta-kasih, dan belas-kasihnya hingga Dia rela mati berkorban di bunuh dan salibkan demi menebus dosa umat manusia. Sebab itu, dilain pihak umat Islam karena tidak setuju lalu umat Islam menyatakan ‘Tiada Tuhan melainkan Allah’. Alasannya tentu saja jelas, sebab umat islam tidak rela kalau Tuhan yang dipuja, tapi di bunuh dan salibkan demi menyelamatkan dan menebus dosa umat manusia. Masa Tuhan YME bisa di siksa, dianiaya, disalibkan dan dibunuh? Satu hal yang tak masuk akal sehat! Umat Islam berpegang teguh bahwa hanya ada Allah (Tuhan) yang esa tidak menikah dan tidak beranak seperti yang diyakini oleh umat Kristen dan Katolik. Saya percaya dan setuju apa pun yang diajarkan semua agama di dunia adalah dengan tujuan baik dan benar, artinya mencegah orang berbuat jahat, kejam, sadis, biadab tak berprikemanusiaan. Sebaliknya, menghimbau umatnya untuk berbuat baik dan benar. Namun, yang menjadi persoalan ialah bukan hanya sekadar ajaran berbuat baik dan mencegah berbuat jahat, karena hal itu sudah diajarkan oleh orangtua dalam keluarga sejak masih kanak-kanak. Ajaran agama yang dianggap sebagai pegangan hidup manusia, semestinya seluruh ajaran tersebut harus mengandung nilai-nilai ‘Kebenaran Universal’, bukan berupa ‘Pembenaran’ belaka atau sepihak. Sekaligus ajaran tersebut harus bertanggung jawab yang bisa dibuktikan secara empiris, artinya ajaran itu memenuhi fakta akurat, melalui pembuktian secara akal sehat manusia, atau melalui batin dengan cara semedi atau meditasi.

Penganut Kristen dan Katolik hobi cari Permusuhan buktinya ‘Buddha Bar, Ayat-ayat Setan, Film Kartun’.

Seiring derasnya kemajuan IPTEK di era globalisasi, saat ini banyak orang berpikir kritis dan realistis. Dan secara otomatis otak manusia menuntut penyelidikan dan penelitian analisis tentang kebenaran yang saksama dan menyuluruh. Termasuk penelitian dan penyelidikan terhadap ajaran agama di dunia, yang dituntut harus dapat bertanggung jawab. Intinya bahwa ‘Agama’ harus bisa dibuktikan baik fakta dan pembuktiannya dengan benar, akurat dan faktual. Sehingga, ajaran agama bukan saja hanya dipercaya, tapi paling tidak mampu berkontribusi atau menyumbangkan andil dan manfaatnya bagi kehidupan manusia. Yaitu demi kehidupan yang rukun, damai, aman-tentram, sejahtera dan bahagia. Bukan sebaliknya suka rusuh, suka cari masalah, suka konflik, hobi membunuh, hobi membantai, mutilasi, bom bunuh diri, dan hobi perang. Alasan ini, tentunya masuk akal sehat, sebab saat ini, para peneliti ajaran agama di dunia menemukan bukti, bahwa kebanyakan ajaran agama tidak memenuhi standard syarat-syarat di atas. Artinya, bahwa banyak ajaran agama di dunia tidak masuk akal sehat manusia (logika-rasional), sepertinya ajaran agama itu semau-mau, secara kasarnya akal-akalan. Selebihnya hanya untuk memenuhi selera hati umat manusia yang bodoh batinnya atau dogma ajaran agar disukai dan disenangi oleh para pengikutnya, hingga berani dan rela mengorbankan ‘Kebenaran Universal’ dibalik menjadi ‘Pembenaran’. Padahal seperti Yesus ajarannya yang amat terkenal yakni: “Cintailah sesamamu manusia, seperti anda mencintai diri sendiri” dan “Jika kamu ditampar pipi kanan, berikan lagi pipi kirimu”. Intinya ‘Cinta-Kasih tanpa batas’. Tapi faktanya para pemimpin negara Barat dan Eropa yang beragama Kristen dan Katolik, justru hobi perang, membunuh, membantai, menyiksa, dst. Juga umat Kristen dan Katolik hobi cari permusuhan dan suka melecehkan agama lain. Contohnya “Buddha Bar” yang tersebar di seluruh dunia buatan para penganut Kristen dan Katolik. Juga buku ‘Ayat-ayat Setan’, Film Kartun Fitnah’ yang menghina umat Islam berkali-kali, dan seterusnya. Begitu pula para pemuka agamanya saat berdoa atau berceramah diharapkan jangan asal keluar dari mulut. Kalau di simak dan dikaji kata-katanya mirip orang tak ‘Waras’, sebab isinya tak berdasar kebenaran asal keluar dari mulut. Misalnya ‘Jadilah Pelayan Tuhan’, ‘Penggembala Domba’, ‘Mencari Anak Domba yang Hilang’ dst. Jadi manusia disamakan dengan hewan. Untung para pengikutnya amat bodoh dan dungu, tak tahu kebenaran universal, jadi sinkron. Pemuka agama adalah sebagai Guru Spiritual yang menjadi panutan yang harus memberi contoh suri tauladan yang bagus dan benar. Kata-kata pemuka agama dijadikan landasan kebenaran oleh pendengarnya yakni umat. Bagaimana umatnya akan memperoleh pengetahuan dan pengertian yang benar, jika kata-kata pemuka agamanya tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Demikian pula tulisan dalam koran tentang pernyataan ‘duka-cita’ misalnya ditulis: ‘Telah kembali ke rumah Allah Bapa di Surga’, ‘Semoga di terima disisi-Nya’, ‘Allah telah mengambilnya kembali’, dan masih banyak lagi. Kalau disimak dengan benar kalimat-kalimat di atas tidak punya nilai kebenaran. Coba andaikata ditanya; apakah Allah punya rumah di surga? Lalu kalau tiap orang mati diterima disisi-Nya, sedangkan yang mati sejak dulu sudah jutaan manusia, apakah masih relevan disebut diterima disisi-Nya? Maka saya sarankan kepada teman-teman, jangan terpancing oleh kata-kata dan tindakan orang ‘Gila’ termasuk ‘Buddha Bar’, sebab tak ada gunanya meladeni orang Gila. Meladeni orang Gila berarti sama-sama Gila. Maka, lebih baik berhati-hati dan selalu waspada. Biarkan saja ‘hukum karma’ kelak yang akan mengatur orang-orang Gila itu. Nyatanya saat ini ‘Krisis Ekonomi Global’ melanda dunia ‘Barat dan Eropa’, yang merontokkan dunia perbankan, akibatnya kelak lebih parah lagi. Juga seperti ‘bencana alam dan musibah’ Gema Bumi, Kebakaran Hutan, apalagi kelak ancaman ‘Pemanasan Global’ lihat saja nanti. Justru kita harus kasihan kepada mereka yang bodoh dan dungu serta gelap batinnya yang buta akan kebenaran universal (hukum alam).

Siapakah Aktor Intelektual di balik Perang?

Jika benar segala sesuatu di dunia ini diciptakan dan sudah diatur oleh Tuhan/Allah, maka logikanya “Perang” dan segala jenis kejahatan seperti pembunuhan dan pembantaian serta mutilasi pun termasuk diciptakan dan diatur oleh Tuhan/Allah. Demikian pula Bencana Alam dan Musibah. Jika direnungkan dengan benar berarti Tuhan/Allah itu sadis sekali, lebih kejam dari manusia dan hewan. Dengan demikian artinya Tuhan/Allah itulah sebenarnya ‘Aktor Intelektual’ dibalik semua kejahatan di dunia ini termasuk ‘Perang’ dan pembantaian massal serta Bencana Alam dan Musibah. Kalau memang benar seperti itu, berarti manusia tak ada hak dan kekuatan apa pun untuk merubahnya. Lalu untuk apa kita berteriak menghujat dan mengecam Perang dan segala jenis kejahatan lainnya. Juga untuk apa menghukum para penjahat dan pembunuh serta penjahat perang. Toh, anda semua percaya apa yang terjadi di dunia ini sudah diciptakan dan diatur oleh Tuhan/Allah. Konsekuensinya manusia tetap harus menerima apa pun yang terjadi, sehubungan apa yang terjadi semuanya telah diciptakan dan diatur oleh Tuhan/Allah. Semua itu sudah risiko yang percaya terhadap doktrin atau prinsip itu. Mengapa harus ‘Repot-repot’ amat, kan lebih baik merenung kedalam hati dan pikiran sendiri, apakah ajaran ini benar, atau tidak? Namun, mungkin ada sebagian orang tak mau menerima begitu saja, dengan alasan tak masuk akal sehat. Hal ini bukan berarti kritikan yang tak beralasan dan melawan doktrin atau prinsip agama. Andai saja anda bisa berpikir kritis seperti itu pasti anda akan mendapatkan kemajuan secara batin, istilahnya ‘Pencerahan Spitual’ dalam belajar agama. Tidak pasrah menyerah begitu saja, menunggu takdir apa pun yang diberikan oleh Tuhan/Allah. Pandangan benar ini timbul karena kita ini manusia yang memilki akal sehat dan menggunakannya dalam kehidupan, maka sungguh wajar pandangan ini disampaikan. Siapa tahu pandangan benar ini bisa membuka pengertian benar kepada kita semua yang notabene sama-sama manusia yang memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan. Sebab, tidak semua manusia bisa menjangkau pandangan benar dan kebijaksanaan, tanpa mau menerima pendapat dan pandangan benar dari orang lainnya. Artinya, kita semua ini sama-sama sedang belajar untuk mencapai taraf kebijaksanaan yang benar. Lalu, dari mana asalnya pandangan benar dan kebijaksanaan benar itu, kalau manusia tak mau belajar menerima pendapat dan pandangan yang benar dari orang lain. Barangkali bila manusia mau belajar menerima pendapat dan pandangan benar dari orang lain, bisa saja kemudian hari setelah dikaji dan dianalisis, kemudian orang yang tadinya percaya membuta dan dogma ajaran, akhirnya berubah menjadi bijaksana yang memiliki pandangan benar sesuai logika dan akal sehat manusia yang benar. Sebagai gambaran: Bagaimana jika anda makan? Apakah langsung ditelan atau dikunyah dulu? Tentu yang bagus dan benar adalah dikunyah dulu hingga halus lalu ditelan. Mengapa demikian? Sebabnya, kalau makan langsung ditelan, pasti efeknya tak bagus sebab cara itu tidak benar. Yang bagus dan benar ialah ketika makan harus dikunyah dulu sampai halus, baru kemudian ditelan. Mengapa? Dengan cara itu maka makanan mudah diproses oleh pencernaan, dan tidak timbul gangguan pencernaan, yang akan menjadi rusak lalu sakit. Inti keseluruhannya ialah, belajar apa pun harus dinilai, dikunyah atau dikaji dan dianalisis dulu, setelah itu baru akan tahu dan mengerti bahwa ajaran itu benar adanya, maka bila dilaksanakan pasti berguna dan membawa manfaat bagi banyak orang. Inilah teori dan praktik Dharma yang diajarkan oleh Guru Agung Buddha Gotama.

Umat Buddha utamakan bijaksana dan cinta kasih.

Para penganut ajaran Buddha Gotama mengutamakan kebijaksanaan dan cinta-kasih universal, hal ini bukan bualan semata. Banyak ‘Fakta dan Realita’ membuktikan contohnya patung Buddha terbesar 53 meter di Afganistan di bom oleh kelompok Islam Taliban (lihat film Treasure Hidden Buddha). Tapi umat Buddha tidak reaktif dengan membalas secara kasar. Borobudur sudah di bom 2 kali oleh kaum ekstrimis Islam Indon, juga umat Buddha tak bereaksi keras, semua diam dan tenang. Coba bayangkan bagaimana rasanya jika terjadi ‘Ka’bah’ yang di dalamnya ada batu besar hitam yang disembah oleh seluruh umat Islam di dunia. Lalu tiba-tiba di bom? Tahun lalu ada patung Buddha dipasang penis di letakkan di tengah kota di Amerika, tapi umat Buddha diam membisu. Saat ini, muncul lagi yang paling baru ‘Buddha Bar’ yang membuat hangat suasana hati umat Buddha. Namun, kami tetap menghimbau tenang dan bijak dalam menyikapi sikap orang-orang Gila itu. Kelak pasti akan ada lagi yang lebih seru, tapi kami umat Buddha akan bersikap bijak dan cinta-kasih universal kepada semua pihak yang tak suka dan benci ajaran Buddha Gotama. Sebaliknya, bagaimana andaikata dipasang patung Yesus yang baru lahir di kandang Kambing disusui oleh ‘Kambing’? Atau bagaimana jika ada patung Yesus dipasang ‘Penis’ dan disalibkan oleh para kambing? Namun ini hanya lamunan, kami tak tega berbuat seperti itu, perbuatan keji tak akan abadi hanya kebajikan yang tetap eksis, dipuja dan dipuji oleh para bijaksanawan.

Demonstrasi mengecam Buddha Bar tak ada gunanya.

Saya tak setuju umat Buddha demontsrasi menentang atau mengecam Buddha Bar. Cara demonstrasi seperti itu sudah dianggap angin lalu, malah ditertawakan oleh mereka, jadi hanya buang energi, waktu dan uang, semuanya rugi dan tak ada gunanya sama sekali. Kalau mau demonstrasi gunakan akal sehat misalnya coba jalan kaki di bundaran HI, sambil bawa spanduk dengan tulisan ‘Yesus Bar’ atau ‘Kristen Bu-Bar’ atau ‘Islam Bar’ atau ‘Muhamad SAW Bar’ atau ‘Katolik Bu-Bar’. Jika punya modal lebih baik umat bersatu buka ‘Karaoke atau Cafe’ di berbagai tempat yang diberi nama ‘Yesus Bar’ atau ‘Kristen Bar’ atau ‘Islam Bar’ atau ‘Muhamad SAW Bar’ atau ‘Katolik Bar’. Nanti bagaimana reaksi mereka, andaikata mereka protes dan marah, mengecam dan menentang, anda tinggal membalikkan ‘Fakta’ yang sudah ada. Apa susahnya, gitu aja kok susah. Boleh demonstrasi tapi gunakan otak intelektual anda dengan cara elegan. Jangan menggunakan ‘emosi dan dendam’, cape deh.

Pernyataan Raja Fisika Albert Einstein sebagai Fakta.

Jauh-jauh hari sebelum wafat Raja atau Guru besar Fisika Albert Einstein menyatakan: “The religion of the future will be a cosmic religion. It should transcend a personal God and avid dogmas and theology. Convergiveng both the natural and the spiritual. It should be based on a religious sense arising from the experience of all things, natural and spiritual as a meaningful unity. Buddhism answers this description…If there is any religion that could cope with modern scientific needs, it would be Buddhism.”
Albert Einstein Adalah seorang ahli fisika yang punya reputasi kelas dunia karena hasil penelitian fisikanya yakni “Realitas Universal” yang banyak mengejutkan masyarakat dunia dalam ceramahnya tentang “Science and Religion” di Princetown, New Jersey, Amerika Serikat pada tanggal 19 Mei 1939, menyatakan bahwa: “Agama masa depan akan merupakan suatu agama alam semesta, yaitu agama yang melampui konsep/doktrin tentang ‘Tuhan/Allah’ sebagai pribadi, serta menghindari dogma dan teologi. Agama haruslah berdasarkan pengertian keagamaan yang muncul dari pengalaman akan segala hal (akal sehat), baik yang bersifat alami atau batiniah, yang merupakan satu kesatuan yang sangat berarti. Agama Buddha menjawab gambaran tersebut. Seandainya ada agama yang dapat memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan modern, maka hal itu adalah agama Buddha”.

Kesimpulan akhir: Ajaran Buddha Gotama bukan agama, tapi ‘Ilmu Pengetahuan dan Kebijaksanaan tentang kehidupan, untuk mencapai bahagia lahir dan batin’. Buddha Gotama berpandangan benar sesuai logika akal sehat manusia. Buddha Gotama tidak mengajarkan sistem kepercayaan yang membuta seperti itu, yang dikenal disebut ‘Dogma’ kepercayaan tanpa mengkaji, mempertimbangkan dan menilai dengan akal sehat. Buddha Gotama bukan tidak percaya kepada Tuhan/Allah itu, tapi berhubung Buddha Gotama tak pernah menemukan bukti akurat bertemu Tuhan/Allah, juga tentang sistem penciptaan dan pengaturan seperti itu. Istilahnya Buddha Gotama hanya mengajarkan apa yang bisa dilihat, dirasakan, dipahami, dimengerti dan bisa dibuktikan secara nyata akurat maupun melalui batin dengan latihan ‘Meditasi’. Dengan cara ini, akhirnya manusia akan memilki kebijaksanaan yang benar sesuai logika akal sehatnya. Bukan asal percaya dari kata-kata orang lain atau Nabi, Guru suci, atau kitab suci dan sebagainya. Buddha Gotama mendidik para pengikutnya agar kritis dan tidak mudah percaya begitu saja atau dogma, yang terkenal disebut percaya membabi buta. Buddha Gotama tidak memaksa para pengikutnya untuk percaya saja, menelan mentah-mentah semua ajaran begitu saja, tanpa mau dikaji dianalisis dan dipertimbangkan lebih dulu. Buddha Gotama mendidik siswanya untuk bertanggung-jawab atas perbuatan sendiri, jangan lempar batu sembunyi tangan. Ketika hoki dan bahagia datang jadi lupa daratan dan lautan. Tapi saat kejahatan, kekejian dan kebiadaban (tragedi Mei ‘98) berbuah musibah dan ‘bencana alam Tsunami dan Gempa Bumi’. Langsung menyalahkan dan mengkambing-hitamkan Tuhan/Allah dengan mengatakan; sedang ‘menguji dan mencoba’. Cara tersebut adalah menunjukan sifat para ‘Pengecut’. Buddha tidak setuju manusia dan hewan serta seisi alam semesta diciptakan dan diatur oleh Tuhan/Allah. Namun, Buddha mengatakan bahwa hidup dan mati manusia dan seisi alam semesta diciptakan dan diatur oleh ‘hukum alam termasuk hukum karma’. Inilah cara satu-satunya ajaran dari guru agung Buddha Gotama yang terkenal disebut ‘Jangan Mudah Percaya’, disaat orang atau guru suci lainnya mengajarkan harus percaya saja.

Catatan; Tulisan ini sama sekali bukan untuk mendiskriditkan agama apa pun, juga tidak bertujuan untuk menghina agama. Namun, alangkah bahagianya bila pembaca mengkaji tulisan ini dengan kepala dingin tidak cepat emosi. Sebab tulisan ini boleh disebut sebagai ‘Sastra’ yang menurut ‘Salman Rusdi’ si penulis ‘Ayat-ayat Setan’ mengatakan bahwa: ‘Sastra bertujuan untuk mepertanyakan segala hal di dunia ini termasuk agama, dan sastra menerobos sekat-sekat takhayul, dogma, dan kepercayaan yang membuta (salah)’. Artikel ini sebuah kajian, analisis yang perlu di renungkan dengan hati yang jernih, bukan dengan emosi, dendam, sirik-dengki. Demikianlah apa adanya, ambil yang berguna jika anda anggap benar.

Bandung.
Salam damai dan sejahtera.
Wirata Labhikok.
Pengamat Sosial dan Agama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “