RENUNGAN DHARMA TENTANG KEHIDUPAN
RENUNGAN DHARMA TENTANG KEHIDUPAN
(oleh bhikkhu Sudhammacaro)
Awal kehidupan setiap manusia adalah di rumah, coba bayangkan bagaimana ketika bayi telah lahir di rumah sakit bersalin yang saat itu belum mengetahui apa-apa. Sesudah cukup waktu, ia dibawa ke rumah orangtuanya. Dari situ sang bayi baru mengenal kasih sayang dari ibu dan ayahnya. Mulai dari diberi susu, dimandikan, dibungkus oleh popok, dibedaki, ketika tengah malam kencing, lapar, minta air susu, dll. Semua diurus oleh kasih sayang ibu dan ayahnya. Hari demi hari, bulan berganti tahun, ibu dan ayah berperan penting dalam membesarkan, mendidik, menasihati, dan mengarahkan anaknya, yang tujuannya demi kebahagiaan dan kemajuan anak di masa depan. Dengan alasan inilah Buddha mengatakan ‘Nilai kemanusiaan dan kasih sayang’ orangtua tak mungkin terbalaskan oleh seorang anak dengan cara apa pun. Jadi, peran pertama adalah orangtua, kedua adalah lingkungan di rumah dan ketiga adalah lingkungan pergaulan di luar, ketiga hal itu amat menentukan bagaimana kelak anak itu di kemudian hari.
---000---
Kehidupan dimulai dari lingkup kecil keluarga di rumah, yang saling berhubungan, berkaitan, saling ketergantungan, saling membutuhkan, saling memberi dan menerima satu sama lain. Karena itu orang yang berada di dalam rumah baik yang tua, muda, tinggi derajatnya maupun rendah derajatnya seperti pembantu rumah tangga harus belajar, bagaimana menciptakan suasana di rumah untuk saling mencintai, mengasihi, menyayangi, dan menghormati satu sama lain. Dengan satu tujuan yang sama agar dapat hidup harmonis, tenang, tenteram, damai, selamat, sejahtera dan bahagia. Tanpa bekal ini niscaya kehidupan di rumah tak bermanfaat, jika mengacuhkan akibatnya terasa seakan rumah itu bagaikan ‘Neraka’ yaitu sering terjadi perselisihan, permusuhan, saling curiga tak beralasan, serta saling memfitnah. Pada saat demikian, ketenangan dan kedamaian hanyalah mimpi serta teori belaka, dan akhirnya berbuntut ketegangan, penyesalan yang berkepanjangan yang tak ada guna.
---000---
Sebagai orangtua yang sudah memiliki anak, harus menyadari bahwa anak adalah “Aset” yang sangat berharga, bahkan lebih berharga dari nilai harta benda apa pun di dunia seperti berlian, mutiara, atau pun emas murni. Coba diingat, bagaimana Anda memperlakukan harta benda itu. Umumnya berlian, mutiara atau emas murni di bungkus rapih, disimpan dalam kotak istimewa lalu diletakkan di sebuah lemari yang khusus dan rahasia atau tersembunyi dan aman. Mengapa dan apa tujuannya? Sebab harta tersebut sangat berharga, tujuannya agar tidak dicuri atau dirusak oleh orang lain. Demikian pula anak Anda, harus ditempatkan lebih berharga daripada harta benda yang mati, karena anak akan menjadi wakil Anda sebagai penerus dan yang akan merawat Anda di kala usia tua kelak nanti.
---000---
Walaupun ajaran agama sudah jelas mengajarkan bahwa anak harus berbakti kepada orangtua (sutra bakti), namun tetap saja ada anak-anak yang tidak berbakti kepada orangtuanya, bahkan patuh pun tidak, malah suka melawan. Apalagi jaman kini yang terindikasi anak lebih pandai dari orangtuanya. Mengapa demikian? Buddha berpesan: Jangan cari kambing hitam, dan tidak perlu menyalahkan anak, lebih baik koreksi diri, intropeksi diri. Sebab, menurut Buddha segala sesuatu ada sebabnya, maka akibatnya akan muncul kemudian (hukum karma), sebab akibat akan terus berlaku bagi siapa saja, termasuk kepada Anda sendiri. Itulah inti ajaran Buddha.
---000---
Bagaimana pun jika Anda sudah menjadi orangtua dan mempunyai anak, yang pertama sayangilah ia sepenuh hati, dengan ketulusan, dan perhatian istimewa, berilah contoh nyata yang baik dan berguna. Namun, juga tidak boleh terikat atau mengikatnya, apalagi minta “Ganti” ongkos melahirkan, membesarkan, menyekolahkan dan seterusnya. Tindakan itu tidak bijaksana, juga tidak sesuai dengan kaidah hukum alam yang sudah sewajarnya orangtua harus bertanggung jawab terhadap anaknya. Ketika orangtua sudah menjadi tua, ada beberapa yang menuntut ganti rugi kepada anaknya. Hal ini adalah suatu keteledoran, cara berpikir orangtua yang tidak bijaksana.
---000---
Tanpa diminta “Ganti Rugi” ongkos membesarkan atau menyekolahkan anak, suatu saat anak pasti akan ingat hal itu. Anak akan merasa berhutang budi dan jasa baik orangtua yang tak terhingga itu. Jika tiba waktunya, anak akan membalasnya dengan kepatuhan mengurus, dan membiayai segala keperluan orangtua ketika sudah uzur. Andaikata anak tidak melakukannya berarti anak tersebut tidak tahu kebaikan orangtua. Mereka dapat disebut “anak durhaka”, yang kelak akan berbalik menimpa dirinya dimasa tuanya. Ingat bahwa hukum karma yang akan menagihnya.
---000---
Kini zaman globalisasi yang membuat orang menjadi super sibuk, asyik mengejar uang, harta, kedudukan, popularitas hingga lupa waktu, dan lupa mengurus anak apalagi mengurus orangtua. Seandainya ada orangtua yang ditelantarkan oleh anaknya, atau disisihkan ke ‘Panti Jompo’, hal itu wajar. Mungkin orangtua itu dulunya kurang bertanggung jawab terhadap anaknya karena sibuk mengejar hal tersebut. atau mungkin ada sebab dan alasan lainnya. Kepada para orangtua yang memiliki anak saat ini, bersiaplah dengan segala risiko seperti tidak diurus oleh anaknya sendiri, atau disisihkan ke ‘Panti Jompo’.
---000---
Anak mendapatkan pendidikan dan pembelajaran pertama kali dari orangtuanya, terutama sang Ibu. Sebab itu, Ibu harus membekali diri dengan segudang pengetahuan dan dedikasi yang tinggi. Jika tidak, anak yang ‘Salah Urus’ akan berakibat fatal dikemudian hari, menjadi anggota ‘Geng Narkoba’, ‘Preman Jalanan’ ‘Geng Motor’, ‘Ahli Tawuran’, ‘Melawan pada Orangtua’, jadi ‘Perampok dan Pembunuh’. Akhirnya semua terlibat dan menerima buahnya yakni penderitaan yang berkepanjangan, bahkan hingga berkali-kali kehidupan berikutnya.
---000---
Karena itu, orangtua harus bertanggung jawab penuh untuk mengajar dan mendidik serta membimbing anak dengan serius dan sebaik-baiknya. Bukan dengan cara menekan, memerintah, atau dengan kekerasan. Sebaliknya bukan memanjakan dengan uang, hadiah yang berharga semata. Namun berilah ia ‘Contoh Nyata’ tentang pengertian, tahu berterima kasih, membalas budi jasa baik pada orang lain dan “Ilmu Kehidupan Spiritual”. Dengan demikian anak memiliki benteng yang tangguh dikala ia menghadapi tantangan, tidak mudah mengeluh, merusak, dan putus asa. Sebaliknya semoga anak bisa ‘Mandiri’, tahan banting, tahu berterima kasih, dan mau membalas budi baik jasa orangtua dan orang lain. Inilah cara yang tepat mendidik dan membimbing anak sendiri hingga sukses dan berhasil dengan sempurna.
---000---
Manusia pada umumnya lebih cepat mencerap dan menerima ‘Contoh Tindakan Nyata’, daripada nasihat, janji, mimpi dan teori muluk setinggi langit. Demikian pula anak kecil, janganlah kita memberi contoh tindakan yang buruk dan jahat, jangan sekalipun membohongi anak yang tak berguna dengan ucapan manis. Kelak ia dewasa pasti akan mengikuti jejak orangtuanya, faktanya saat ini kita saksikan banyak para pejabat, tokoh masyarakat dan agama, suka berbohong dengan janji, nasihat, teori muluk, dan mimpi. Setelah berbuat jahat mereka minta ampun dan diserahkan semua dosa-dosanya kepada Tuhan Allah. Menurut kepercayaan beberapa agama /dogma, semuanya akan tersucikan dengan cara seperti itu. Bahkan kejahatan sebiadab apapun jika minta ampun kepada Tuhan Allah semua dosanya punah ibarat hutangnya lunas. Ajaran ini kurang sesuai dengan ajaran Buddha Dharma. Akhirnya ditiru dari generasi ke genarasi, hingga saat ini ’Korupsi’ dan kejahatan terus bertambah bahkan makin canggih, demikian pula kegiatan aksi “Perang suci” yang tak bermoral. Itulah akibatnya, pepatah mengatakan “Buah Mangga jatuh tak akan jauh dari pohonnya”. Itulah inti ajaran Buddha.
---000---
Selama masih ada ajaran tentang pertobatan dan pengampunan dosa yang diserahkan kepada Tuhan Allah, segala perbuatan jahat, apalagi ditambah pahala (Perang suci) jika membunuh dan membantai ‘Kaum Kafir’. Maka hasil kedamaian hanya akan menjadi mimpi, dongeng, teori muluk, janji, dan khayalan belaka. Tindakan ini akan menjadi semakin biadab dan keji atas perbuatan jahat yang mereka lakukan, dibanding orang yang tidak beragama. Sungguh ironi dan amat mengerikan akibatnya di masa datang. Buddha mengajarkan kita agar berani bertanggung jawab atas perbuatan sendiri, tidak boleh lempar batu sembunyi tangan. Ketika hoki dan bahagia datang mereka tertawa hingga lupa daratan dan lautan. Ketika dosa, kejahatan, kebiadaban, kekejian berbuah musibah atau bencana alam, mereka akan langsung mencari kambing hitam, lalu menyerahkan dan menyalahkan sang Pencipta. Hal ini benar-benar sikap seorang pengecut yang tak mau bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.
---000---
Wihara Dharma Bakti, Jelambar-Jakarta.
23-26 September 2007.
Salam damai dan bahagia,
Bhikkhu Sudhammacaro
(oleh bhikkhu Sudhammacaro)
Awal kehidupan setiap manusia adalah di rumah, coba bayangkan bagaimana ketika bayi telah lahir di rumah sakit bersalin yang saat itu belum mengetahui apa-apa. Sesudah cukup waktu, ia dibawa ke rumah orangtuanya. Dari situ sang bayi baru mengenal kasih sayang dari ibu dan ayahnya. Mulai dari diberi susu, dimandikan, dibungkus oleh popok, dibedaki, ketika tengah malam kencing, lapar, minta air susu, dll. Semua diurus oleh kasih sayang ibu dan ayahnya. Hari demi hari, bulan berganti tahun, ibu dan ayah berperan penting dalam membesarkan, mendidik, menasihati, dan mengarahkan anaknya, yang tujuannya demi kebahagiaan dan kemajuan anak di masa depan. Dengan alasan inilah Buddha mengatakan ‘Nilai kemanusiaan dan kasih sayang’ orangtua tak mungkin terbalaskan oleh seorang anak dengan cara apa pun. Jadi, peran pertama adalah orangtua, kedua adalah lingkungan di rumah dan ketiga adalah lingkungan pergaulan di luar, ketiga hal itu amat menentukan bagaimana kelak anak itu di kemudian hari.
---000---
Kehidupan dimulai dari lingkup kecil keluarga di rumah, yang saling berhubungan, berkaitan, saling ketergantungan, saling membutuhkan, saling memberi dan menerima satu sama lain. Karena itu orang yang berada di dalam rumah baik yang tua, muda, tinggi derajatnya maupun rendah derajatnya seperti pembantu rumah tangga harus belajar, bagaimana menciptakan suasana di rumah untuk saling mencintai, mengasihi, menyayangi, dan menghormati satu sama lain. Dengan satu tujuan yang sama agar dapat hidup harmonis, tenang, tenteram, damai, selamat, sejahtera dan bahagia. Tanpa bekal ini niscaya kehidupan di rumah tak bermanfaat, jika mengacuhkan akibatnya terasa seakan rumah itu bagaikan ‘Neraka’ yaitu sering terjadi perselisihan, permusuhan, saling curiga tak beralasan, serta saling memfitnah. Pada saat demikian, ketenangan dan kedamaian hanyalah mimpi serta teori belaka, dan akhirnya berbuntut ketegangan, penyesalan yang berkepanjangan yang tak ada guna.
---000---
Sebagai orangtua yang sudah memiliki anak, harus menyadari bahwa anak adalah “Aset” yang sangat berharga, bahkan lebih berharga dari nilai harta benda apa pun di dunia seperti berlian, mutiara, atau pun emas murni. Coba diingat, bagaimana Anda memperlakukan harta benda itu. Umumnya berlian, mutiara atau emas murni di bungkus rapih, disimpan dalam kotak istimewa lalu diletakkan di sebuah lemari yang khusus dan rahasia atau tersembunyi dan aman. Mengapa dan apa tujuannya? Sebab harta tersebut sangat berharga, tujuannya agar tidak dicuri atau dirusak oleh orang lain. Demikian pula anak Anda, harus ditempatkan lebih berharga daripada harta benda yang mati, karena anak akan menjadi wakil Anda sebagai penerus dan yang akan merawat Anda di kala usia tua kelak nanti.
---000---
Walaupun ajaran agama sudah jelas mengajarkan bahwa anak harus berbakti kepada orangtua (sutra bakti), namun tetap saja ada anak-anak yang tidak berbakti kepada orangtuanya, bahkan patuh pun tidak, malah suka melawan. Apalagi jaman kini yang terindikasi anak lebih pandai dari orangtuanya. Mengapa demikian? Buddha berpesan: Jangan cari kambing hitam, dan tidak perlu menyalahkan anak, lebih baik koreksi diri, intropeksi diri. Sebab, menurut Buddha segala sesuatu ada sebabnya, maka akibatnya akan muncul kemudian (hukum karma), sebab akibat akan terus berlaku bagi siapa saja, termasuk kepada Anda sendiri. Itulah inti ajaran Buddha.
---000---
Bagaimana pun jika Anda sudah menjadi orangtua dan mempunyai anak, yang pertama sayangilah ia sepenuh hati, dengan ketulusan, dan perhatian istimewa, berilah contoh nyata yang baik dan berguna. Namun, juga tidak boleh terikat atau mengikatnya, apalagi minta “Ganti” ongkos melahirkan, membesarkan, menyekolahkan dan seterusnya. Tindakan itu tidak bijaksana, juga tidak sesuai dengan kaidah hukum alam yang sudah sewajarnya orangtua harus bertanggung jawab terhadap anaknya. Ketika orangtua sudah menjadi tua, ada beberapa yang menuntut ganti rugi kepada anaknya. Hal ini adalah suatu keteledoran, cara berpikir orangtua yang tidak bijaksana.
---000---
Tanpa diminta “Ganti Rugi” ongkos membesarkan atau menyekolahkan anak, suatu saat anak pasti akan ingat hal itu. Anak akan merasa berhutang budi dan jasa baik orangtua yang tak terhingga itu. Jika tiba waktunya, anak akan membalasnya dengan kepatuhan mengurus, dan membiayai segala keperluan orangtua ketika sudah uzur. Andaikata anak tidak melakukannya berarti anak tersebut tidak tahu kebaikan orangtua. Mereka dapat disebut “anak durhaka”, yang kelak akan berbalik menimpa dirinya dimasa tuanya. Ingat bahwa hukum karma yang akan menagihnya.
---000---
Kini zaman globalisasi yang membuat orang menjadi super sibuk, asyik mengejar uang, harta, kedudukan, popularitas hingga lupa waktu, dan lupa mengurus anak apalagi mengurus orangtua. Seandainya ada orangtua yang ditelantarkan oleh anaknya, atau disisihkan ke ‘Panti Jompo’, hal itu wajar. Mungkin orangtua itu dulunya kurang bertanggung jawab terhadap anaknya karena sibuk mengejar hal tersebut. atau mungkin ada sebab dan alasan lainnya. Kepada para orangtua yang memiliki anak saat ini, bersiaplah dengan segala risiko seperti tidak diurus oleh anaknya sendiri, atau disisihkan ke ‘Panti Jompo’.
---000---
Anak mendapatkan pendidikan dan pembelajaran pertama kali dari orangtuanya, terutama sang Ibu. Sebab itu, Ibu harus membekali diri dengan segudang pengetahuan dan dedikasi yang tinggi. Jika tidak, anak yang ‘Salah Urus’ akan berakibat fatal dikemudian hari, menjadi anggota ‘Geng Narkoba’, ‘Preman Jalanan’ ‘Geng Motor’, ‘Ahli Tawuran’, ‘Melawan pada Orangtua’, jadi ‘Perampok dan Pembunuh’. Akhirnya semua terlibat dan menerima buahnya yakni penderitaan yang berkepanjangan, bahkan hingga berkali-kali kehidupan berikutnya.
---000---
Karena itu, orangtua harus bertanggung jawab penuh untuk mengajar dan mendidik serta membimbing anak dengan serius dan sebaik-baiknya. Bukan dengan cara menekan, memerintah, atau dengan kekerasan. Sebaliknya bukan memanjakan dengan uang, hadiah yang berharga semata. Namun berilah ia ‘Contoh Nyata’ tentang pengertian, tahu berterima kasih, membalas budi jasa baik pada orang lain dan “Ilmu Kehidupan Spiritual”. Dengan demikian anak memiliki benteng yang tangguh dikala ia menghadapi tantangan, tidak mudah mengeluh, merusak, dan putus asa. Sebaliknya semoga anak bisa ‘Mandiri’, tahan banting, tahu berterima kasih, dan mau membalas budi baik jasa orangtua dan orang lain. Inilah cara yang tepat mendidik dan membimbing anak sendiri hingga sukses dan berhasil dengan sempurna.
---000---
Manusia pada umumnya lebih cepat mencerap dan menerima ‘Contoh Tindakan Nyata’, daripada nasihat, janji, mimpi dan teori muluk setinggi langit. Demikian pula anak kecil, janganlah kita memberi contoh tindakan yang buruk dan jahat, jangan sekalipun membohongi anak yang tak berguna dengan ucapan manis. Kelak ia dewasa pasti akan mengikuti jejak orangtuanya, faktanya saat ini kita saksikan banyak para pejabat, tokoh masyarakat dan agama, suka berbohong dengan janji, nasihat, teori muluk, dan mimpi. Setelah berbuat jahat mereka minta ampun dan diserahkan semua dosa-dosanya kepada Tuhan Allah. Menurut kepercayaan beberapa agama /dogma, semuanya akan tersucikan dengan cara seperti itu. Bahkan kejahatan sebiadab apapun jika minta ampun kepada Tuhan Allah semua dosanya punah ibarat hutangnya lunas. Ajaran ini kurang sesuai dengan ajaran Buddha Dharma. Akhirnya ditiru dari generasi ke genarasi, hingga saat ini ’Korupsi’ dan kejahatan terus bertambah bahkan makin canggih, demikian pula kegiatan aksi “Perang suci” yang tak bermoral. Itulah akibatnya, pepatah mengatakan “Buah Mangga jatuh tak akan jauh dari pohonnya”. Itulah inti ajaran Buddha.
---000---
Selama masih ada ajaran tentang pertobatan dan pengampunan dosa yang diserahkan kepada Tuhan Allah, segala perbuatan jahat, apalagi ditambah pahala (Perang suci) jika membunuh dan membantai ‘Kaum Kafir’. Maka hasil kedamaian hanya akan menjadi mimpi, dongeng, teori muluk, janji, dan khayalan belaka. Tindakan ini akan menjadi semakin biadab dan keji atas perbuatan jahat yang mereka lakukan, dibanding orang yang tidak beragama. Sungguh ironi dan amat mengerikan akibatnya di masa datang. Buddha mengajarkan kita agar berani bertanggung jawab atas perbuatan sendiri, tidak boleh lempar batu sembunyi tangan. Ketika hoki dan bahagia datang mereka tertawa hingga lupa daratan dan lautan. Ketika dosa, kejahatan, kebiadaban, kekejian berbuah musibah atau bencana alam, mereka akan langsung mencari kambing hitam, lalu menyerahkan dan menyalahkan sang Pencipta. Hal ini benar-benar sikap seorang pengecut yang tak mau bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.
---000---
Wihara Dharma Bakti, Jelambar-Jakarta.
23-26 September 2007.
Salam damai dan bahagia,
Bhikkhu Sudhammacaro
Komentar