TVRI CONTOH SURITELADAN. KISAH PETRUK JADI RAJA, DG SENJATA SAKTI "KALIMUSSADA" YG ARTINYA ISI SYARIAT & SHYAHADAT ISLAM HARUS DI PEGANG & DI TERAPKAN SEORANG PEMIMPIN DLM PEMERINTAHAN DEMI AMANAH UTK RAKYAT..AMIN. https://youtu.be/HimBbg7UMRM

 Petruk Jadi Raja, Kisah Pewayangan Gubahan Para Wali dan Pujangga Tanah Jawa

Written By Tuesday, November 21, 2017

Petruk Dadi Ratu atau Petruk Jadi Raja adalah sebuah kisah pewayangan yang cukup populer dan hanya ditemukan di Indonesia. Lakon Petruk Jadi Raja menjadi kisah pewayangan yang mulai dikenal seiring dengan masuk dan berkembangnya agama Islam di tanah Jawa.

Kisah Petruk Dadi Raja diyakini sebagai kisah gubahan para Wali dan Pujangga Jawa karena dalam epik Mahabharata maupun Ramayana sendiri tidak ditemukan adanya tokoh Punakawan termasuk Petruk.

 


 

 Budaya. Wayang Jawa, adalah sebuah karya seni yang bersumber dari kisah kepahlawanan Mahabharata. Epik Mahabharata sendiri merupakan karya sastra kuno yang berasal dari India. Seperti halnya Odyssey dan Iliad karya Homeros dari Yunani, Mahabharata juga erat kaitannya dengan kepercayaan atau agama masyarakat India sejak abad 4 Sebelum Masehi.


Babad Mahabharata, secara tradisional diyakini sebagai karya dari Vyasa, seorang resi. Kitab Mahabharata adalah gabungan dari 18 kitab atau Astadasapurwa, yang mana kedelepanbelas kitab tersebut adalah rangkaian kisah yang memiliki benang merah dan saling berkaitan antara satu dengan yang lain.

Di Indonesia, kisah Mahabharata juga cukup dikenal luas oleh masyarakat terutama di pulau Jawa. Masyarakat Jawa maupun Sunda di Jawa Barat, begitu mengenal kisah ini dengan beragam versi yang kadang dikaitkan dengan kearifan lokal di daerahnya masing-masing. Kisah Mahabharata begitu dikenal karena dimasa lalu sebagian masyarakat di pulau Jawa adalah penganut Hindu.

Agama Hindu sendiri diperkirakan sudah masuk ke tanah Jawa sejak abad ke 4 Masehi. Hal itu dapat dibuktikan dengan keberadaan kerajaan Tarumanegara di daerah antara Bekasi dan Karawang, Jawa Barat. Kerajaan Tarumanegara dengan salah satu raja yang terkenal Purnawarman, eksis hingga abad ke 7.
 
Selain Tarumanegara, Majapahit adalah salah satu kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada di tanah Jawa sebelum runtuh di abad 15. Runtuhnya Majapahit memiliki kaitan erat dengan masuknya agama Islam ke tanah Jawa. Para penyiar Islam di tanah Jawa, yang lebih dikenal sebagai Walisongo diyakini adalah sebagai pelopor penyebaran Islam di  Jawadwipa.

Adalah Sunan Kalijaga, yang merupakan salah satu Wali yang berdarah asli Jawa yang diyakini pertamakali menggubah kisah Mahabharata menjadi seperti yang kita kenal seperti sekarang. Sunan Kalijaga, banyak menggubah kisah Mahabharata agar sesuai dengan syariat dan memiliki ciri Islami.

Lakon Wayang yang dahulu kala menjadi tontotan paling digemari oleh masyarakat kemudian dijadikan sebagai sarana Dakwah. Tak mengherankan jika kemudian Sunan Kalijaga berusaha membuat lakon Wayang yang bersumber dari kisah Mahabharata ini menjadi lebih Islami tanpa mesti kehilangan esensi dari kisah Mahabharata itu sendiri.

Selain menggubah, Sunan Kalijaga juga banyak membuat kisah carangan, atau rekaan. Diantara yang paling terkenal adalah Layang Jamus Kalimusodo dan Petruk Dadi Ratu. Petruk sendiri adalah anak dari Ki Semar Badranaya, yang merupakan tokoh Punakawan yang juga merupakan hasil rekaan.

Selain tokoh fiktif Punakawan, salah satu yang paling kontras antara Mahabharata asli dan versi Jawa adalah tokoh Panditha Dorna. Resi Dorna (Drona) dalam Mahabharata merupakan maha guru ksatria Hastina, baik itu Kurawa maupun Pandawa. Namun dalam versi Wayang Jawa, Dorna justru mengambil peran yang identik dengan Patih Sengkuni yang memiliki sifat fitnah dan menghasut.

Petruk Dadi Raja, merupakan sebuah kisah yang sarat Siloka dan makna. Petruk yang hanya seorang Punakawan kemudian menjadi raja ini menandakan bahwa seorang rakyat jelata juga bisa dan memiliki hak yang sama dengan para ksatria. Sedangkan di era monarki, seorang raja haruslah berasal dari para ksatria yang merupakan keturunan langsung dari sang raja.

Ki Mantheb Sudarsono, adalah seorang dalang besar yang mewakili entitas Wayang Jawa, sementara Asep Sunandar Sunarya, di sebut-sebut sebagai dalang Wayang Sunda terbesar. Keduanya memiliki pemahaman yang sangat luas hingga mampu mensinergikan wayang dengan situasi dan kondisi saat ini baik secara intelektualitas, budaya, sosial maupun politik. Keduanya juga kerap mementaskan lakon Petruk Dadi Raja tersebut.
 
 
Namun demikian, tidak disebutkan apakah Petruk mampu mensejahterakan rakyatnya saat menjadi raja. Sedangkan baik Amarta atau Hastinapura sendiri diibaratkan sebagai negara Eka Adi Dasa Purwa, Sekar Wukir Gemah Ripah Loh Jinawi. Dengan nama besar Hastina, seharusnya Harjuna, Gatutkaca atau Bima yang lebih pantas untuk menjadi raja.

Lakon Petruk Dadi Ratu sendiri hanya ada di Indonesia, karena dalam babad Mahabharata asli tidak ditemukan adanya tokoh Punakawan, yakni Ki Semar dan anak-anaknya. Selain tokoh Punakawan, adalah Layang Jamus Kalimasada yang merupakan pusaka milik para ksatria Pandawa yang diidentikan dengan dua kalimat Syahadat.

Kesenian Wayang Kulit kemudian diaplikasikan sebagai sarana dakwah. Penduduk dipersilahkan untuk menonton dengan syarat harus mengambil air wudlu atau membaca dua kalimat Syahadat. Dengan cara menyisipkan syiar Islam ke dalam kisah pewayangan, para wali merasa lebih mudah dan diterima saat berdakwah.

Seni Wayang Kulit Purwa Cakra Baskara Subang Jawa Barat
 
Saat ini, pagelaran wayang kulit atau wayang golek (Sunda) masih menjadi tontonan yang paling digemari oleh sebagian masyarakat. Di berbagai daerah khususnya di pulau Jawa, kesenian wayang kulit berkembang pesat dan berpadu dengan unsur seni-budaya lokal di masing-masing daerah. mch/
 

 

 
Just Think of Reading, Writing and Vlogging! We Can Share Everything!
 
 
 
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

" NAMA-NAMA BUDDHIS "

“大悲咒 | Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) & UM-MANI-PAD-ME-HUM”

“ Fangshen cara membayar Hutang Karma Buruk dengan cepat dan Instan “